REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – The Conference of Supervisors of Palestinian Affairs in Arab Host Countries digelar di kantor pusat Liga Arab di Kairo, Mesir, Selasa (3/9). Konferensi tersebut dihelat untuk membahas perpanjangan mandat dan krisis finansial yang sedang dialami Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
Pertemuan itu menegaskan dukungan agar UNRWA melanjutkan misinya sesuai dengan resolusi PBB No.302 tahun 1949. “Pertemuan darurat, yang diadakan atas permintaan Palestina, meminta Sekretariat Jenderal Liga Arab dan misinya di luar negeri serta Dewan Duta Besar Arab, melanjutkan upaya mereka dalam mengaktifkan saluran diplomatik serta politik dengan negara-negara di seluruh dunia untuk mendesak mereka memilih mendukung mandat UNRWA,” kata kantor berita Palestina, WAFA, dalam laporannya.
Kepala Departemen Urusan Pengungsi Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Ahmad Abu Houli yang turut menghadiri pertemuan di Kairo meminta negara anggota PBB mendukung UNRWA secara finansial. Dia pun meminta negara-negara agar mendukung pembaruan mandat badan tersebut.
Dalam pertemuan di Kairo itu pun ditekankan tentang pentingnya kehadiran Arab dalam Konferensi Tingkat Tinggi UNRWA yang akan diselenggarakan di sela-sela sesi sidang Majelis Umum PBB ke-74. Negara-negara Arab diharapkan dapat berkontribusi mengatasi defisit keuangan UNRWA yang ditaksir mencapai 120 juta dolar AS.
Pada Juli lalu, Uni Emirat Arab (UEA) menyumbangkan dana sebsar 50 juta dolar AS atau sekitar Rp 701 miliar (dengan kurs Rp14.000 per dolar AS) kepada UNRWA. Dana tersebut diharapkan dapat membantu UNRWA mempertahankan layanan vitalnya bagi para pengungsi Palestina di Suriah, Lebanon, Yordania, Gaza, dan Tepi Barat.
Komisaris Jenderal UNRWA Pierre Krahenbuhl pun memuji dukungan UEA terhadap badan yang dipimpinnya. “Pada saat tekanan kuat pada UNRWA, kemurahan hati UEA mengirim pesan yang jelas bahwa pengungsi Palestina tidak sendirian. Selain kontribusi keuangan yang krusial, ini juga menunjukkan solidaritas UEA yang sangat saya syukuri,” ujarnya.
Dana sumbangan UEA akan digunakan untuk mempertahankan program-program yang telah disusun untuk 2019, antara lain bidang perawatan kesehatan primer, pendidikan, dan layanan sosial. UNRWA harus menghadapi krisis sejak AS memutuskan menghentikan pendanaan atau kontribusi tahunannya untuk lembaga tersebut tahun lalu. AS diketahui merupakan negara donor terbesar bagi UNRWA karena menyumbang rata-rata 300 juta dolar AS setiap tahunnya.
Namun, UNRWA masih mampu bertahan berkat adanya dukungan dan sokongan dari sejumlah negara, seperti Arab Saudi, Jepang, Inggris, Swedia, Jerman, Kanada, Australia, Qatar, dan Kuwait. Uni Eropa pun masih berkomitmen membantu misi kemanusiaan UNRWA.
Dalam perhelatan UNRWA Pledging Conference di New York, AS, akhir Juni lalu, Uni Eropa mengatakan akan mengucurkan dana tambahan sebesar 23,8 juta dolar AS atau sekitar Rp336 miliar untuk UNRWA. Komisaris Uni Eropa untuk Kebijakan Lingkungan dan Perluasan Eropa Johannes Hahn mengatakan, peran UNRWA sangat vital bagi jutaan pengungsi Palestina yang hidup di beberapa negara Timur Tengah.
“Kontribusi tambahan Uni Eropa adalah untuk memastikan bahwa jutaan pengungsi Palestina terus mendapat manfaat layanan kesehatan dan pendidikan di seluruh wilayah,” katanya.