REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Menteri Kebudayaan Israel Miri Regev dan ketua parlemen Israel (Knesset) Yuli Edelstein menyerukan aneksasi kota Hebron di Tepi Barat. Hal itu mereka sampaikan saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengunjungi kota tersebut pada Rabu (4/9).
Regev menyinggung tentang janji kampanye Netanyahu untuk mencaplok permukiman Israel di Tepi Barat. “Tidak ada tempat yang lebih baik untuk mulai mewujudkan janji itu selain Hebron,” ujarnya dikutip laman Al Araby.
Menurut dia, jika tak ada Hebron, maka tidak akan ada Tel Aviv. “Hak untuk hidup Tel Aviv berakar pada Hebron, tempat Abraham dan Sarah dimakamkan,” kata Regev.
Edelstein menyerukan hal serupa dengan Regev. “Waktunya telah tiba untuk permukiman Yahudi di Hebron tumbuh menjadi ribuan penduduk,” ucapnya.
Dia sesumbar akan mengubah Hebron menjadi kota besar Israel. Selain Regev dan Edelstein, Presiden Israel Reuven Rivlin juga menyerukan pertumbuhan permukiman Yahudi di Hebron. Dia meminta Netanyahu mengizinkan pembangunan lingkungan baru di kota tersebut.
Pada Rabu lalu, Netanyahu melakukan kunjungan ke Hebron. Dia datang untuk menghadiri upacara peringatan 90 tahun kerusuhan di kota itu yang menewaskan 67 Yahudi.
Pada kesempatan itu dia menegaskan bahwa Yahudi akan tetap hadir di kota tua tersebut. “Hebron tidak akan pernah kosong dari orang Yahudi. Kami bukan orang asing di kota ini, kami akan tetap di sini selamanya,” kata Netanyahu dalam pidatonya, dikutip laman the Times of Israel.
Hebron adalah kota terbesar di Tepi Barat dan dianggap sebagai kota tersuci kedua bagi penganut Yudaisme. Hebron pun dipandang sebagai kota tersuci kelima oleh umat Islam. Sebab, Nabi Muhammad pernah berkunjung ke sana untuk memberikan penghormatan kepada Nabi Ibrahim.