REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tampaknya Presiden Israel Benjamin Netanyahu menarik diri dalam pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani. Netanyahu menyuarakan perlawanannya terhadap setiap kemungkinan dialog dengan Iran.
Netanyahu sebelumnya mengatakan ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara dengan Iran. Netanyahu mengakui ada kemungkinan Trump akan bertemu dengan Hassan tapi bukan urusannya memberitahu Trump siapa yang seharusnya tidak ia temui.
"Saya yakin Trump akan mengambil posisi yang lebih tegas," kata Netanyahu kepada wartawan, seperti yang dikatakan salah satu pejabat kantor perdana menteri Israel, Jumat (6/9).
Pernyataan Netanyahu ini lebih terkendali dari sebelumnya. Ketika ia mengatakan saat ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara dengan Iran, justru waktunya untuk menambah tekanan terhadap negara Timur Tengah itu.
Netanyahu dan Trump sangat jarang berselesih dalam isu nuklir Iran. Sebelumnya Netanyahu meminta Prancis menjauhkan diri dari Iran.
Pada Rabu (4/9) Trump membuka pintu kemungkinan untuk bertemu dengan Rouhani dalam Sidang Umum PBB di New York. "Apa pun mungkin, mereka ingin dapat menyelesaikan masalah mereka," kata Trump.
Netanyahu akan menghadapi pemilihan legislatif pada 17 September mendatang. Pemilihan ini menentukan masa depan politiknya karena untuk pertama kalinya ia gagal membentuk koalisi pemerintah.
Netanyahu kerap mempengaruhi pemimpin-pemimpin Barat terutama dari sayap kanan seperti dirinya, Trump dan Boris Johnson. Oposisinya mengatakan kedekatan Netanyahu dengan pemimpin-pemimpin sayap kanan di luar negeri telah menyakiti Israel karena membuat Israel mendukung isu-isu partisan di negara sahabat.
Teheran sudah menolak melakukan negosiasi apa pun dengan Washington kecuali Trump mencabut kembali sanksi yang ia berlakukan setelah menarik AS dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Perjanjian nuklir yang Netanyahu gadang-gadang tidak akan cukup menahan Iran mengembangkan senjata nuklir.