REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI— Penjaga Pantai Iran telah menyita sebuah kapal yang diduga menyelundupkan bahan bakar di Teluk dan menahan 12 awak kapal yang berasal dari Filipina.
Sebagaimana dilansir ISNA, Sabtu (7/9), kapal itu mengangkut hampir 284 ribu liter diesel. Iran, yang memiliki sebagian harga bahan bakar paling murah di dunia karena subsidi yang diberikan negara dan jatuhnya nilai tukar mata uangnya, telah memerangi penyelundupan bahan bakar di darat ke negara-negara tetangganya dan di laut ke negara-negara Teluk Arab.
Sejumlah kapal disita karena Iran menyatakan kapal-kapal itu digunakan untuk menyelundupkan bahan bakar di Teluk.
Secara terpisah, gambar satelit menunjukan kapal tanker Iran, Adrian Darya-1 yang sebelumnya dikenal Grace-1 sudah berada di dekat pelabuhan Tartus, Suriah. Sebelumnya diketahui, Amerika Serikat (AS) berusaha mendapatkan dan menyita kapal itu.
Gambaran yang diambil dari Maxar Technologies pada Sabtu (7/9) menunjukkan kapal itu kini berada di Suriah. Pemerintah Iran belum mengumumkan kapal yang dibangun Hyundai Heavy Industries itu sudah sampai di sana.
Kapal tersebut mematikan Sistem Identifikasi Otomatis sejak Senin (2/9) malam. Gambar terbaru ini serupa dengan foto hitam-putih yang dicicitkan penasihat keamanan Gedung Putih John Bolton sebelumnya.
"Siapa pun yang mengatakan Adrian Darya-1 tidak menujuk #Suriah sedang melakukan penyangkalan," tulis Bolton di Twitter.
Bersama Angkatan Laut Inggris, Pemerintah Gibraltar menyita kapal Iran Adrian Darya-1 pada bulan Juli lalu. Penyitaan dilakukan karena kapal tersebut dianggap melanggar sanksi Uni Eropa terhadap Suriah.
Mereka membebaskannya setelah menerima janji dari Iran kapal tersebut tidak menuju Suriah. Pada Kamis (6/9) lalu Departemen Luar Negeri AS mengkonfirmasi menawarkan satu juta dolar AS kepada kapten kapal Adrian Darya-1.
Kepala Iran Action Group Departemen Luar Negeri AS Brian Hook mengirimkan surat elektronil kepada kapten kapal tersebut. Memintanya untuk mengarahkan kapal Adrian Darya-1 ke wilayah tertentu sehingga AS dapat menyita kapal tersebut.
Departemen Kehakiman AS yang mencoba menghalangi Gibraltar membebaskan kapal itu sudah mengeluarkan surat penyitaan. Laporan tentang uang yang ditawarkan ke kapten kapal pertama kali dilaporkan Financial Times.
"Kami sudah berusaha menjangkau beberapa kapten kapal serta perusahaan pelayaran," kata salah satu juru bicara Departemen Luar Negeri AS, seperti dilansir dari BBC.