REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran menyatakan mulai mengembangkan mesin sentrifugal canggih untuk memperkaya uranium. Langkah terbaru mereka dalam mengurangi komitmen kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Dilansir dari BBC, Sabtu (7/9) juru bicara Badan Nuklir Iran, Behruz Kamalvandi mengatakan, saat ini sudah beroperasi empat puluh mesin sentrifugal. Pengayaan uranium dapat digunakan untuk reaktor pembangkit listrik tapi juga senjata nuklir.
Sejak bulan Juli lalu, Iran sudah berhenti mematuhi dua komitmen JCPOA. Langkah itu sebagai tanggapan mereka atas langkah Amerika Serikat (AS) menarik diri dari kesepakatan tersebut dan memberlakukan kembali sanksi ekonomi.
Presiden AS Donald Trump ingin memasak Iran untuk menegosiasikan kesepakatan baru. Sebuah kesepakatan yang bertujuan untuk menghentikan program nuklir dan membatasi pengembangan rudal balistik mereka.
Namun, sejauh ini Iran selalu menolaknya. Negara-negara lainnya yang berpartisipasi dalam JCPOA yakni Inggris, Prancis, Jerman, Cina, dan Rusia sudah berusaha menahan agar perjanjian ini tidak bubar.
Di sisi lain, sanksi AS terhadap Iran membuat ekspor minyak Negeri Seribu Mullah itu ambruk, nilai mata uang mereka turun dan menimbulkan inflansi. Presiden Iran Hassan Rouhani pun mengumumkan langkah ketiga.
Kamalwandi menggelar konferensi pers di Badan Energi Atom Iran. Ia mengatakan, Iran telah mengaktifkan 20 mesin sentrifugal IR-4 dan 20 mesin IR-6. Mesin-mesin itu dapat memperkaya uranium kualitas tinggi.
Kamalwandi menambahkan sentrifugal baru akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan Iran. Pada saat yang sama Iran juga akan tetap mengizinkan inspektor dari pengawas nukli the International Atomic Energy Agency (IAEA) untuk melakukan pemeriksaan.
Pada 1 Juli lalu, IAEA mengonfirmasi pasokan uranium yang diperkaya Iran sudah melebihi batas yang ditetapkan JCPOA. Organisasi dibawah PBB itu mengatakan Iran terus meningkatkan kemurnian uranium level pengayaan rendah hingga melampaui 4,5 persen.
Sedangkan batasan yang ditetapkan JCPOA kuantitasnya di bawah 300 kilogram dan kemurniannya di bawah 3,67 persen. JCPOA juga hanya mengizinkan Iran mengoperasikan 5.060 mesin sentrifugal IR-1 sampai 2026. Mesin yang paling tua dan tidak efesien.
Iran juga masih diizinkan untuk melakukan pengembangan dan penelitian tapi tidak mengakumulasi uranium yang diperkaya dan untuk menguji sentrifugal IR-6 dan IR-8 yang lebih canggih serta dapat lebih cepat memperkaya uranium. Setelah 2024 mereka mulai dapat menguji 30 mesin IR-6.
Pengoperasian mesin sentrifugal juga dapat memperpendek apa yang disebut sebagai 'break-out time'. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi cukup fisi nuklir yang dapat digunakan sebagai bom.