Senin 09 Sep 2019 13:48 WIB

Rusia dan Prancis Minta Pertahankan Kesepakatan Nuklir Iran

Kesepakatan nuklir Iran terancam bubar setelah AS mundur.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Foto menunjukkan bagian atas dari fasilitas nuklir reaktor air berat Arak, 250 kilometer barat daya ibu kota Teheran, Iran.
Foto: Mehdi Marizad/Fars News Agency via AP
Foto menunjukkan bagian atas dari fasilitas nuklir reaktor air berat Arak, 250 kilometer barat daya ibu kota Teheran, Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan semua pihak terkait mempertahankan kesepakatan nuklir Iran atau dikenal dengan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Hal itu mereka utarakan setelah melakukan pembicaraan via telepon pada Ahad (8/9).

Layanan pers Kremlin mengatakan, dalam percakapannya, Putin dan Macron memang membahas secara terperinci situasi di sekitar JCPOA. “Vladimir Putin dan Emmanuel Macron berbicara untuk konsolidasi upaya semua pihak yang terkait untuk menyelamatkan JCPOA dan mengamatinya secara penuh. Mereka juga bertukar informasi tentang langkah Rusia dan Prancis di jalur itu,” kata Kremlin, dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

JCPOA terancam bubar setelah Amerika Serikat (AS) hengkang dari perjanjian tersebut pada Mei tahun lalu. Washington kemudian menerapkan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran. Teheran lantas mendesak Eropa melindungi aktivitas perdagangannya dari sanksi AS.

Namun, perkembangannya tak secepat yang diharapkan Iran. Ia pun memutuskan untuk mulai menangguhkan satu per satu komitmennya dalam JCPOA. Pada Juli lalu, Iran mengumumkan telah melakukan pengayaan uranium melampaui ketentuan yang ditetapkan perjanjian, yakni sebesar 3,67 persen. Teheran mengklaim saat ini pengayaan uraniumnya telah mencapai lebih dari 4,5 persen.

Iran mengatakan level pengayaan itu memang masih sangat jauh dari yang dibutuhkan untuk memproduksi senjata nuklir. Namun, ia siap melanjutkan aktivitas pengayaan jika perekonomiannya terus diintai sanksi.

Pada Rabu pekan lalu, Presiden AS Donald Trump membuka kemungkinan untuk bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani saat menghadiri sidang Majelis Umum PBB ke-74 di New York. “Apa pun mungkin. Mereka ingin dapat menyelesaikan masalah mereka,” kata Trump.

Namu,n Iran tak menyambut kemungkinan dialog itu dengan postif. Teheran menegaskan bahwa pembicaraan hanya dapat berlangsung ketika Washington mencabut sanksi ekonominya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement