REPUBLIKA.CO.ID, TABATINGA -- Pejabat Maxciel Pereira dos Santos dibunuh dengan model eksekusi di hadapan anggota keluarganya di Kota Tabatinga, Amazon. Hal itu dilaporkan INA, kelompok serikat yang mewakili pekerja di badan perlindungan penduduk asli Brasil, FUNAI, pada Ahad (8/9).
Dilansir surat kabar Folha de S.Paulo, Santos ditembak dua kali di bagian kepala pada Jumat (6/9), saat ia mengendarai sepeda motor di jalan utama Kota Tabatinga, yang berada jauh di hutan hujan Amazon di perbatasan Brasil dengan Kolombia dan Peru. Dalam satu pernyataan, INA mengutip bukti bahwa pembunuhannya terjadi sebagai aksi balasan atas peran Santos dalam memerangi invasi ilegal dari para pemburu, pembalak, dan penambang emas di resevasi Vale do Javari. Tempat itu merupakan rumah bagi konsentrasi suku-suku pribumi tertinggi di dunia yang tidak memiliki kontak.
Surat kabar itu menyebutkan polisi sedang menyelidiki apakah kematian Santos terkait dengan pekerjaanya di FUNAI. Kepolisian tidak memiliki cukup informasi untuk menentukan motif di balik kejahatan tersebut.
Santos sudah bekerja di FUNAI selama lebih dari 12 tahun, termasuk lima tahun sebagai kepala dinas lingkungan hidup di reservasi Vale do Javari. FUNAI memilik tiga basis di Vale do Javari untuk melindungi sebuah area seluas Austria dengan sekitar 6.000 orang dari delapan suku, dan sekitar 16 suku tanpa memiliki kontak.
INA mendesak pihak berwenang agar menunjukkan bahwa Brazil "tidak lagi memaafkan kekerasan yang dilakukan oleh mereka yang terlibat, berdasarkan ketentuan hukum dalam melindungi dan menggalakkan hak-hak suku asli." Mereka juga meminta pihak berwenang untuk melindungi para pekerja yang menjaga lahan suku asli.