REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Direktur Badan Energi Nuklir Iran Ali Akbar Salehi mengatakan Eropa dalam perjanjian nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) gagal memenuhi komitmennya. Menurutnya, tak salah jika negaranya kembali menangguhkan komitmen dalam perjanjian tersebut.
“Sayangnya pihak-pihak Eropa telah gagal memenuhi komitmen mereka. Kesepakatan itu bukan jalan satu arah dan Iran akan bertindak sesuai dengan yang telah kami lakukan sejauh ini dengan secara bertahap menurunkan komitmen kami,” kata Salehi pada Ahad (8/9), dikutip laman Middle East Monitor.
Dia mengklaim selama ini Iran selalu mematuhi ketentuan JCPOA. “Iran akan terus mengurangi komitmen nuklirnya selama pihak lain gagal melaksanakan komitmen mereka,” ujarnya.
Pada Ahad lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan semua pihak terkait mempertahankan JCPOA. “Vladimir Putin dan Emmanuel Macron berbicara untuk konsolidasi upaya semua pihak yang terkait untuk menyelamatkan JCPOA dan mengamatinya secara penuh. Mereka juga bertukar informasi tentang langkah Rusia dan Prancis di jalur itu,” kata Kremlin.
JCPOA terancam bubar setelah Amerika Serikat (AS) hengkang dari perjanjian tersebut pada Mei tahun lalu. Washington kemudian menerapkan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran. Iran lantas mendesak Eropa melindungi aktivitas perdagangannya dari sanksi AS.
Namun perkembangannya tak secepat yang diharapkan Iran. Iran pun memutuskan untuk mulai menangguhkan satu per satu komitmennya dalam JCPOA.
Pada Juli lalu, Iran mengumumkan telah melakukan pengayaan uranium melampaui ketentuan yang ditetapkan perjanjian, yakni sebesar 3,67 persen. Teheran mengklaim saat ini pengayaan uraniumnya telah mencapai lebih dari 4,5 persen.
Iran mengatakan level pengayaan itu memang masih sangat jauh dari yang dibutuhkan untuk memproduksi senjata nuklir. Namun, Iran siap melanjutkan aktivitas pengayaan uraniumnya jika perekonomiannya terus diintai sanksi.