REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Uni Eropa berkomitmen untuk membantu Kuba mengembangkan ekonomi meski Amerika Serikat meningkatkan sanksi terhadap negara komunis itu. Hal itu dikatakan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini pada Senin, saat melawat selama tiga hari ke Havana, Kuba.
Uni Eropa mulai memperbaiki hubungan dengan Kuba pada saat yang sama dengan Amerika Serikat lima tahun lalu. Hal itu sekaligus mengakhiri dekade permusuhan era Perang Dingin. Tetapi kebijakan UE dan AS telah menyimpang, setelah Presiden AS Donald Trump mengungkapkan upaya pengurangan ketegangan (detente) yang dilakukan oleh pendahulunya. Dia kembali ke upaya untuk memaksa pemerintah melakukan reformasi, sebuah strategi yang menurut banyak ahli telah lama gagal.
"UE adalah mitra komersial dan investor teratas Kuba, dan kami telah melipatgandakan kerja sama dalam dua tahun terakhir," kata Mogherini, perwakilan tinggi UE untuk urusan luar negeri dan kebijakan keamanan pada konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez.
Bantuan pembangunan UE disambut baik dalam ekonomi yang sedang mundur. Kuba berjuang dengan sanksi yang lebih ketat dari AS dan bantuan yang lebih kecil dari Venezuela di tengah krisis ekonomi dan politik. Pekan lalu, AS mengeluarkan peraturan baru yang membatasi pengiriman uang oleh warga mereka ke Kuba.
Eropa dapat membantu Kuba meningkatkan ekonominya, kata Mogherini, yang juga bertemu dengan Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel, Senin. Investasi juga akan membantu perusahaan-perusahaan Eropa mengkonsolidasikan pijakan mereka di pulau itu ketika sudah terbuka.
Para pejabat kedua pihak mengatakan sudah mengadakan pembicaraan bilateral tentang topik-topik seperti pembangunan berkelanjutan dan hak asasi manusia dalam kerangka dialog politik dan pakta kerja sama yang disepakati pada 2017.
"Kami juga melanjutkan dialog tentang situasi di kawasan dan kerja sama, khususnya Venezuela," kata Mogherini.
Kuba adalah sekutu kuat Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, yang sebagian besar negara Barat menginginkannya mundur untuk digantikan pemimpin oposisi Juan Guaido, dengan alasan pemilihannya curang. Beberapa kelompok oposisi telah meminta Uni Eropa untuk menangguhkan perjanjian kerja sama dengan Kuba yang dianggap banyak melakukan penindasan. Kelompok tersebut menuduh pemerintah menyerbu puluhan rumah aktivis dalam beberapa pekan terakhir dan menahan lebih dari 100 orang akhir pekan lalu saja.