Selasa 10 Sep 2019 11:57 WIB

Perang Narkoba, Guatemala Kirim 2.000 Tentara ke Perbatasan

Tiga tentara Guatemala ditembak mati oleh pengedar narkoba.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Presiden terpilih Guatemala, Alejandro Giammattei.
Foto: AP Photo/Oliver de Ros
Presiden terpilih Guatemala, Alejandro Giammattei.

REPUBLIKA.CO.ID, IZABAL -- Ratusan tentara Guatamala dikerahkan ke wilayah sekitar perbatasan dengan Honduras dan Meksiko. Pengerahan pasukan tersebut dilakukan setelah tiga orang tentara ditembak mati oleh orang yang diduga pengedar narkoba.

Menteri Pertahanan Guatamala Luis Miguel Ralda mengatakan telah mengirimkan 2.000 pasukan. Pengerahan itu sebagai bagian dari misi pengamanan yang dideklarasikan Kongres Guatamala dua hari yang lalu.

Baca Juga

"Kami berharap mereka membawa ketenangan, keamanan dan perdamaian untuk rakyat yang ada di kawasan," kata Miguel Ralda, Selasa (10/9).

Wilayah tersebut sudah lama ditandai sebagai wilayah tanpa hukum karena pemerasan dan kejahatan yang terkait dengan narkoba dan lainnya. Selama beberapa dekade terakhir juga ada konflik sosial antara penduduk setempat dengan pemilik lahan, penambang, dan perkebunan kelapa sawit.

Tentara Guatamala mengatakan pekan lalu ada sejumlah terduga pengendar narkoba menyergap sembilan tentara yang sedang berpatroli di Provinsi Izabal. Mereka datang ke daerah itu untuk menyita pesawat yang diduga mengangkut narkoba. Tiga dari sembilan tentara itu tewas.

Sementara anggota masyarakat membantah ada korban tentara. Pemerintah mengatakan mereka mengidentifikasi terdapat hampir 50 landasan pacu ilegal yang digunakan untuk mengangkut narkoba di sana.

Serangan itu menjadi serangan terburuk terhadap tentara dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu memicu anggota parlemen untuk mengesahkan dekrit darurat 30 hari untuk memberlakukan jam malam di provinsi-provinsi Alta Verapaz, El Progreso, Izabal, Peten, Zacapa dan Baja Verapaz.

Enam provinsi itu membentuk koridor perdagangan narkoba yang membentang dari perbatasan Honduras sampai Meksiko. Dekrit itu juga memberikan kewenangan baru kepada militer untuk menangkap dan menginterogasi tersangkah dan melarang unjuk rasa di wilayah-wilayah yang sudah ditunjuk.

Para tentara dapat terlihat di pendesaan Izabal. Mereka memberhentikan kendaraan yang lewat untuk diperiksa dan membangun markas-markas baru. Sekolah di Semuy II, tempat para tentara diserang kosong.

Sekolah itu diliburkan selama waktu yang belum ditentukan. Guatemala seperti tentangga mereka Salvador dan Honduras, pusat perdagangan narkoba dari Amerika Selatan ke Amerika Serikat. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement