Ahad 08 Sep 2019 15:37 WIB

Demonstran Hong Kong Minta Bantuan AS untuk Bebas dari China

Demonstran Hong Kong minta pemerintah AS bantu melindung HAM.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nur Aini
Unjuk rasa di Hongkong (Ilustrasi)
Foto: Youtube
Unjuk rasa di Hongkong (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Ribuan pengunjuk rasa Hong Kong menyanyikan lagu kebangsaan Amerika Serikat (AS), sambil membawa bendera negara tersebut. Mereka meminta Presiden AS, Donald Trump untuk membebaskan Hong Kong yang dikuasai China itu pada Ahad (8/9). Aksi tersebut merupakan yang terbaru dari serangkaian demonstrasi selama berbulan-bulan.

"Berjuang untuk kebebasan, berdirilah dengan Hong Kong," teriak mereka.

Baca Juga

"Tolak Beijing, bebaskan Hong Kong," sahut mereka lagi.

Mereka mengibarkan bendera, dan meminta demokrasi setelah terjadi malam kekerasan lainnya pada pekan ke-14 kerusuhan.

"Dengan AS terlibat dalam perang dagang dengan China pada saat ini, ini adalah kesempatan baik bagi kami untuk menunjukkan pada (Amerika Serikat) bagaimana kelompok-kelompok pro-China juga melanggar hak asasi manusia di Hong Kong dan memungkinkan kebrutalan polisi," kata seorang pekerja di industri keuangan, Cherry (26) saat pengunjuk rasa berbaris menuju Konsulat AS terdekat.

"Kami ingin pemerintah AS membantu melindungi hak asasi manusia di Hong Kong" ucapnya.

Menteri Pertahanan AS, Mark Esper pada Sabtu (7/9) mendesak pemerintah China untuk menahan diri di Hong Kong. Esper menyatakan seruannya di Paris, saat polisi di Hong Kong mencegah pengunjuk rasa menghalangi akses ke bandara internasional kota itu, polisi menembakkan gas air mata untuk malam kedua di distrik Mong Kok yang padat penduduk. Sementara itu, para pengunjuk rasa lain membuat kobaran api di jalan, dan ada beberapa penangkapan.

Hong Kong kembali ke Cina dari Inggris pada 1997 di bawah formula satu negara, dua sistem, yang menjamin kebebasan kota tersebut. Banyak warga Hong Kong takut Beijing dapat menghilangkan otonomi itu.

Cina membantah tuduhan mencampuri urusan dalam negeri Hong Kong. Mereka mengecam protes itu, menuduh AS dan Inggris mengobarkan kerusuhan, dan memperingatkan bencana ekonomi di Hong Kong.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement