REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan AS sedang menunda implementasi perjanjian membentuk zona aman di timur laut Suriah, Selasa (10/9).
Sekutu NATO itu melakukan patroli darat militer gabungan pertama mereka di kawasan tersebut pada Ahad. Turki ingin operasi tersebut berkembang pesat sekaligus memukul mundur pasukan Kurdi sejauh 32 Km dari perbatasan. Caranya dengan menciptakan zona yang harus dikontrol oleh pasukan Turki.
Cavusoglu menuturkan Turki ingin bermitra dengan Amerika Serikat, namun Turki juga siap membersihkan daerah kelompok YPG itu sendiri jika diperlukan. "Ya, ada beberapa patroli gabungan tapi selain itu, langkah-langkah yang telah diambil atau langkah-langkah yang katanya akan diambil merupakan langkah hiasan," katanya kepada wartawan di Ankara.
"Kami sedang melihat apakah Amerika Serikat sedang mengulur waktu... dan sedang berupaya membuat Turki terbiasa dengan proses mengulur waktu ini."
Cavusoglu menyebutkan pendekatan AS melayani pasukan YPG Kurdi Suriah sejauh ini lebih dari Turki. YPG, yang menjadi sekutu utama AS dalam memerangi ISIS di Suriah, dianggap organisasi teroris oleh Turki. Turki berpendapat YPG buntut dari milisi Kurdi di Turki.
Presiden Tayyip Erdogan pekan lalu mengatakan Turki juga berniat mengirim satu juta dari 3,6 juta pengungsi Suriah di Turki untuk pulang ke zona aman yang direncanakan di Suriah utara.