REPUBLIKA.CO.ID, OTTOWA -- Pemerintah Kanada mengatakan kapal perang mereka berlayar melalui Selat Taiwan yang sensitif. Di tengah memburuknya hubungan diplomatik China dan Kanada, itu merupakan kedua kalinya kapal Negeri Pecahan Es berlayar di sana setelah tiga bulan sebelumnya menggelar operasi serupa.
Pelayaran-pelayaran semacam itu biasanya membuat Negeri Tirai Bambu marah. Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri dan demokratis bagian dari China.
Pada bulan April lalu, China mengecam keputusan Prancis mengirimkan kapal pengawal ke Selat Taiwan. Beijing menilai tindakan Paris itu ilegal. China juga marah karena kapal Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) berlayar melalui jalur yang sama.
"Rute ini dipilih karena rute yang paling mengarah langsung antara sanksi Dewan Keamanan PBB aktivitas pengawasan di Asia Utara dan keterlibatan di Asia Tenggara," kata Departemen Pertahanan Nasional Kanada, Rabu (11/9).
Pemerintah Kanada mengatakan kapal pengawal HMCS Ottawa berlayar melalui Selat Taiwan pada hari Senin (9/9) dan Selasa (10/9). Kanada bersikeras mereka tidak melakukan pelanggaran apa pun.
"Angkatan Laut Kanada tidak menggelar apa yang disebut operasi Kebebasan Navigasi untuk menantang wilayah negara lain, dan transit kapal dilakukan sesuai dengan undang-undang internasional, termasuk Konvensi PBB tentang Hukum Laut," kata Depertemen Pertahanan Kanada.
Pada Juni, dua kapal Kanada juga berlayar melalui setelah sempit yang memisahkan Taiwan dan China. Tapi Kanada membantah pelayaran itu sebagai tindakan politik.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan kapal Kanada yang baru saja lewat mengarah ke selatan dan selalu diawasi angkatan bersenjata Taiwan. Beijing belum menanggapi hal itu.
Dalam satu tahun terakhir hubungan Kanada dan China menukik tajam. China marah karena kepolisian Kanada menangkap petinggi perusahaan telekomunikasi Huawei pada 1 Desember lalu.
Beijing memblokir produk daging dan benih canola dari Kanada dan menangkap dua warga mereka atas tuduhan mata-mata. Tapi baru-baru ini kedua belah pihak menunjuk duta besar yang baru di masing-masing ibu kota dan menandatangani perjanjian untuk menghangatkan kembali hubungan kedua negara.