REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Militer Israel dilaporkan menargetkan 15 lokasi di Gaza setelah dua roket ditembakkan ke Israel selatan, Selasa malam (10/9) waktu setempat. Serangan roket itu bahkan secara singkat memaksa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu turun dari panggung di sebuah kampanye di kota Ashdod.
Dilansir di Fox News, Kamis (12/9), Netanyahu mengatakan kepada hadirin untuk menuju tempat perlindungan bom ketika penjaga keamanannya membawa dirinya pergi. Dia kembali beberapa menit kemudian dan melanjutkan pidatonya di hadapan orang banyak.
Kedua roket yang diluncurkan itu dicegat oleh sistem pertahanan rudal Israel, Iron Dome. Tidak ada kerusakan besar atau korban yang dilaporkan. Serangan balik Israel menargetkan situs pembuatan senjata, kompleks angkatan laut, dan terowongan.
Sementara kelompok militan Hamas menyatakan tidak bertanggung jawab atas serangan roket itu. Namun, pemerintah Israel menganggap mereka bertanggung jawab atas kekerasan yang datang dari Gaza. Laporan media lokal menunjukkan Jihad Islam yang didukung Iran berada di belakang peluncuran itu.
Ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan Gaza pada Rabu (11/9) pagi waktu setempat, ketika tiga mortir ditembakkan ke Israel dari Gaza. Tank-tank Israel merespons dengan menembaki posisi militer Hamas.
Negosiator Mesir berada di Gaza pekan ini dalam upaya menengahi perjanjian gencatan senjata jangka panjang. Laporan menunjukkan pembicaraan tidak berhasil. Perkembangan militer terbaru terjadi kurang dari sepekan sebelum pemilihan Israel. Lawan Netanyahu menyerukan tanggapan yang lebih kuat atas faksi-faksi militan Gaza.