Sabtu 14 Sep 2019 16:33 WIB

Tindakan India di Kashmir Suburkan Ekstremisme

Pakistan akan membawa isu Kashmir ke Majelis Umum PBB ke-74 di New York.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Gita Amanda
Tentara paramiliter India berjaga di jalanan yang sepi saat jam malam di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Kamis (8/8).
Foto: AP Photo/Dar Yasin
Tentara paramiliter India berjaga di jalanan yang sepi saat jam malam di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Kamis (8/8).

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Pemerintah Pakistan menilai apa yang dilakukan India terhadap wilayah Jammu-Kashmir membiakkan dan menyuburkan ekstremisme. Ia memperingatkan tentang potensi konflik di wilayah tersebut.

“Saya ingin memberitahu India bahwa kekejaman pasukan Anda di Kashmir mendorong para pemuda menuju ekstremisme. Mereka (pemuda) akan berjuang melawan kebrutalan ini, karena mereka lebih memilih kematian yang terhormat atas kehidupan dengan penghinaan,” kata Perdana Menteri Pakistan Imran Khan saat berpidato di ibu kota Kashmir yang dikelola Pakistan, Muzaffarabad, pada Jumat (13/9), dikutip laman Anadolu Agency.

Baca Juga

Khan mengatakan jika dia menjadi warga di wilayah Kashmir yang dikelola India, dirinya pasti akan melakukan hal serupa, yakni melawan pasukan India. “Jika Anda memperlakukan saya, para wanita dan anak-anak di keluarga saya, saya akan melawan karena saya akan berpikir bahwa kematian lebih baik dari kehidupan ini,” ujarnya.

Dia memperingatkan Perdana Menteri India Narendra Modi bahwa keputusan dan tindakannya tidak hanya menargetkan warga Kashmir, tapi juga meningkatkan rasa isolasi dan tidak aman di antara 200 juta Muslim di negara tersebut.

“Saya ingin meyakinkan Anda bahwa kami tidak akan mengecewakan Anda. Saya akan mengambil sikap terhadap Kashmir, yang tidak pernah diambil (oleh pemerintahan mana pun) di masa lalu,” kata Khan seraya menambahkan bahwa dia akan membawa isu Kashmir saat menghadiri sidang Majelis Umum PBB ke-74 di New York, Amerika Serikat (AS).

Kashmir telah dibekap ketegangan sejak India mencabut status khusus wilayah tersebut pada 5 Agustus lalu. Masyarakat memprotes, kemudian menggelar aksi demonstrasi di beberapa daerah di sana. Mereka menolak status khusus dicabut karena khawatir dapat mengubah komposisi demografis Kashmir.

Kashmir merupakan satu-satunya wilayah di India yang berpenduduk mayoritas Muslim. Sejak merdeka dari Inggris pada 1947, Kashmir terpecah dua, dua per tiga di antaranya dikuasai India, sementara sisanya milik Pakistan. Wilayah itu kemudian dipisahkan dengan garis Line of Control (LoC). Perselisihan akibat sengketa Kashmir telah membuat India dan Pakistan tiga kali berperang, yakni pada 1948, 1965, dan 1971.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement