REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Mantan kontraktor agen mata-mata AS Edward Snowden berharap Prancis memberinya suaka. Menurut kutipan wawancara radio France Inter, Snowden mengatakan dia akan senang jika Presiden Prancis Emmanuel Macron mengabulkannya tinggal di negara itu.
Snowden tinggal di Rusia sejak membocorkan segudang dokumen rahasia yang menunjukkan ruang lingkup pengawasan pemerintah AS pasca-9/11. Mengingat ia sudah mengajukan permohonan suaka pada 2013 saat pemerintahan mantan presiden Francois Hollande berharap Macron akan memberinya hak itu.
"Hal yang paling menyedihkan dari keseluruhan cerita ini adalah satu-satunya tempat dimana pelapor Amerika memiliki kesempatan untuk didengar bukan di Eropa, tetapi di sini (di Rusia)," kata Snowden dalam trailer wawancara yang akan disiarkan secara keseluruhan pada Senin, dilansir di The Local France, Ahad (15/9).
Hingga saat ini, puluhan negara menolak permintaan menerima pria berusia 36 tahun itu. Hal itu membuatnya mempertanyakan alasan mereka dan sistem tempat tinggal kita.
"Melindungi pelapor bukan tindakan bermusuhan," katanya.
Memoar Snowden berjudul Permanent Record akan diterbitkan Selasa (17/9). Memoar itu akan diterbitkan di sekitar 20 negara.
Dia pernah bekerja untuk CIA, selain dari Badan Keamanan Nasional (NSA). Snowden tinggal di Rusia sejak ia membocorkan rahasia NSA pada 2013. Meskipun dipuji sebagai pembocor rahasia dan pembela privasi oleh para pembela, AS menuduhnya membahayakan keamanan nasional dan tuduhan spionase dapat mengirimnya ke penjara selama beberapa dekade.
Dalam sebuah video di akun Twitter-nya, Snowden mengatakan minggu lalu semua yang kita lakukan sekarang akan bertahan selamanya, bukan karena kita ingin mengingat tetapi karena kita tidak lagi diizinkan melupakan. "Membantu menciptakan sistem itu adalah penyesalan terbesar saya," katanya.