REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran menyatakan, tuduhan yang menyebut mereka berperan dalam serangan terhadap instalasi minyak Arab Saudi merupakan sesuatu hal yang tidak dapat diterima dan tidak berdasar. Hal itu disampaikan melalui televisi pemerintah oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi pada Senin (16/9).
"Tuduhan-tuduhan ini dikutuk sebagai hal yang tidak dapat diterima dan sepenuhnya tidak berdasar," kata Mousavi dalam sambutan yang disiarkan oleh TV pemerintah.
Pada Ahad (15/9), seorang pejabat senior Amerika Serikat (AS) mengatakan, kepada wartawan bahwa bukti dari serangan itu, mengindikasikan Iran ada di belakangnya, bukan kelompok Houthi Yaman yang mengaku bertanggung jawab. Serangan tersebut menghantam fasilitas pemrosesan minyak terbesar dunia pada Sabtu (14/9).
AS juga telah mengeluarkan citra satelit dan mengutip sumber intelijen untuk mendukung klaimnya bahwa Iran berada di belakang serangan terhadap fasilitas minyak di Arab Saudi. Pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan, arah dan tingkat serangan meragukan keterlibatan Houthi.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyalahkan Iran pada akhir pekan, yang kemudian mendorong Teheran untuk menuduh AS melakukan penipuan. Pada Ahad (15/9), melalui Twitter, Presiden AS Donald Trump secara langsung menuduh Iran. Kemudian menyarankan kemungkinan tindakan militer setelah pelaku diketahui.
Setelah serangan ke fasilitas minyak Saudi, harga minyak dunia melonjak. Minyak mentah Brent naik 10 persen menjadi 66,28 dolar AS per barel. Angka tersebut digambarkan Bloomberg sebagai lonjakan intraday terbesar sejak 1988.