REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Otoritas Palestina menggelar rapat rutin kabinet di Desa Fasayel yang terletak di utara Lembah Yordan, Senin (16/9). Lokasi itu sengaja dipilih untuk menegaskan kepada Israel bahwa Lembah Yordan, termasuk Laut Mati utara, merupakan bagian tak terpisahkan dari geografis Palestina.
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengatakan pertemuan di Fasayel tidak bertujuan mengutuk rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mencaplok Lembah Yordan dan Laut Mati utara. Menurut dia, pembicaraan mengenai aneksasi kedua wilayah itu tak berlaku dan tak sah.
"Palestina ada di sini sebelum pemukim (Israel), dan permukiman di sini adalah ilegal. Bicara tentang pencaplokan Lembah Yordan batal demi hukum dan dikutuk semua pihak. (Rencana Netanyahu) ini dimaksudkan untuk memenangkan pemilu," ujar Shtayyeh, dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.
Dia menegaskan akan memburu Israel di pengadilan internasional karena telah mengeksploitasi tanah Palestina di Lembah Yordan. "Kami akan terus berjuang melawan pendudukan, di lapangan dan berbagai forum internasional," katanya.
"Lembah Yordan adalah komponen utama lanskap Palestina. Ini adalah bagian dari negara Palestina kami yang terintegrasi dan kongruen," ucap Shtayyeh.
Pekan lalu, Netanyahu mengutarakan niatnya untuk mencaplok Lembah Yordan dan Laut Mati Utara. Dia mengatakan akan merealisasikan hal itu bila partainya, Likud Party, memenangkan pemilu Israel pada Selasa (17/9).
"Hari ini saya mengumumkan niat saya, setelah pembentukan pemerintah baru, untuk menerapkan kedaulatan Israel ke Lembah Yordan dan Laut Mati utara," kata Netanyahu.
Dia meminta dukungan kepada segenap warga Israel untuk mewujudkan rencananya. "Segera setelah pemilu, jika saya menerima mandat yang jelas untuk melakukannya dari kalian, warga Israel," ujarnya.