Selasa 17 Sep 2019 13:19 WIB

Donald Trump Tegaskan AS tak Ingin Berperang

AS menuding Iran dalangi serangan fasilitas minyak di Arab Saudi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Presiden AS Donald Trump dalam Pertemuan KTT G7 di Biarritz, Prancis.
Foto: Christian Hartmann, Pool via AP
Presiden AS Donald Trump dalam Pertemuan KTT G7 di Biarritz, Prancis.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tegaskan tidak ingin berperang. Trump mengatakan serangan terhadap pabrik pengolahan minyak mentah di Arab Saudi tampaknya dilakukan oleh Iran.

"Saya seseorang yang tidak ingin memiliki perang," kata Trump, Selasa (17/9).

Baca Juga

Iran membantah tuduhan mereka dalang serangan ke pabrik milik perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco. Serangan itu mengakibatkan kenaikan harga minyak dan meningkatkan ketegangan di kawasan Timur Tengah.

Hubungan AS dan Iran sudah memburuk sejak Trump menarik negaranya dari kesepakatan nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) dan memberlakukan kembali sanksi ekonomi ke Iran pada tahun lalu. Washington ingin menekan Iran agar Negeri Seribu Mullah itu berhenti memberi dukungan kepada pasukan proksi di Timur Tengah. Hal itu termasuk di Yaman di mana Arab Saudi berperang melawan pasukan Houthi yang didukung Iran.

Trump mengatakan AS masih menyelidiki apakah Iran yang berada di balik serangan ke pabrik pengolahan minyak mentah Abqaiq di Buqyag, Arab Saudi. Selama pemerintahannya Trump berusaha menghentikan partisipasi AS dalam berbagai perang yang diwariskan kepadanya. Ia menegaskan tidak akan terburu-buru untuk menciptakan konflik baru di Timur Tengah.  

Beberapa kabinet pemerintahan Trump termasuk Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan Menteri Energi Rick Perry sudah menyalahkan Teheran atas serangan ke Abqaiq. Trump mengatakan Pompeo dan beberapa pejabat lainnya akan segera terbang ke Arab Saudi.

"Kami memiliki banyak pilihan tapi sekarang saya tidak ingin melihat pilihannya, saya ingin menemukan siapa yang pasti melakukan ini," kata Trump.

Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan serangan tersebut dilakukan oleh 'rakyat Yaman'. Sebagai pembalasan atas serangan yang dilakukan koalisi Arab Saudi dalam perang Yaman melawan gerakan Houthi.

"Rakyat Yaman melaksanakan hak dasar mereka untuk membela diri," kata Rouhani saat berkunjung ke Ankara.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi mengatakan tuduhan AS 'tidak dapat diterima dan tanpa dasar sama sekali'. Serangan itu memotong produksi minyak mentah dunia sebanyak 5 persen.

Tidak lama setelah serangan itu harga minyak naik 19 persen. Lonjakan tertinggi dalam satu hari sejak perang Teluk tahun 1990 sampai 1991 ketika Irak menginvansi Kuwait.

Harga turun usai Trump mengatakan akan melepaskan pasokan cadangan dararut AS. Produsen minyak dunia pun mengatakan pasokan dunia masih cukup untuk jangka pendek.

Jepang mengatakan mereka sedang mengkoordinasikan pelepasan cadangan minyak serta langkah lainnya jika dibutuhkan. Langkah yang dilakukan untuk memastikan pasokan dunia cukup. Pada Selasa pagi, harga minyak mentah di Asia turun sekitar 1 persen.  

"Pertanyaannya berapa lama yang dibutuhkan pasokan minyak untuk kembali ke jalurnya, namun resiko premi (geopolitik) yang pada dasarnya diabaikan pasar akan meningkatkan kekhawatiran dalam beberapa bulan terakhir, tampaknya harga minyak akan maju terus," kata kepala strategi global Natixis Investment Managers, Esty Dwek.

Indonesia sudah merilis kecaman terhadap serangan drone terhadap fasilitas minyak Aramco di Arab Saudi. Dalam siaran persnya, Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan serangan tersebut membahayakan keamanan dan stabilitas kawasan serta berdampak negatif terhadap ekonomi global.

"Indonesia serukan kembali dialog dan mendukung proses politik di Yaman, di bawah kepemimpinan PBB," kata Kementerian Luar Negeri Indonesia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement