Rabu 18 Sep 2019 21:20 WIB

Thailand Musnahkan 200 Babi Pekan Ini

Pemusnahan 200 babi di Thailand dilakukan di tengah kekhawatiran demam babi Afrika.

Babi, ilustrasi
Foto: pixabay
Babi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK, THAILAND -- Pemerintah Thailand menyatakan pada Rabu (18/9) telah memusnahkan lebih dari 200 ekor babi pekan ini. Pemusnahan dilakukan di tengah kekhawatiran mengenai potensi demam babi Afrika.

Thailand belum melaporkan adanya wabah demam babi Afrika di wilayahnya. Sementara sejumlah negara tetangga seperti Myanmar, Laos, dan Kamboja telah mengonfirmasi terjadinya kasus penyakit mematikan tersebut.

Departemen Peternakan Thailand mengatakan pemusnahan babi itu adalah "langkah pencegahan" setelah dua babi mati secara misterius di Provinsi Chaing Rai di bagian utara negeri itu, sekitar 20 kilometer dari Myanmar.

"Kami telah membunuh lebih dari 200 ekor babi di dua peternakan di sana," kata Npporn Mahakanta, Kepala Kantor Peternakan Provinsi, kepada Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu malam. Ia menambahkan tindakan tersebut sejalan dengan protokol untuk mencegah wabah penyakit hewan. "Mereka berada dalam radius satu kilometer dari babi yang sakit dan mati," katanya.

Noporn mengatakan sampel darah dan jaringan babi pertama dikirim pada Senin (16/9) ke satu laboratorium di provinsi lain Thailand Utara, Lampang, untuk dilihat apakah hewan itu telah terserang demam babi Afrika. Hasil laboratorium dapat diperoleh sekitar 14 hari, katanya.

Demam babi Afrika pertama kali dideteksi di Asia pada Agustus lalu di Cina, sehingga membersihkan hampir 40 persen babi di produsen daging babi terbesar di dunia. Sejak itu, penyakit tersebut menyebar ke seluruh Asia, sehingga mempengaruhi Mongolia, Vietnam, Kamboja, Laos, Myanmar dan Filipina.

Korea Selatan adalah negara paling akhir yang terpengaruh virus itu, dan mengkonfirmasi dua kasus pekan ini. Thailand telah berada dalam kondisi siaga tinggi sejak negara tetangga melaporkan wabah dan telah melarang impor babi dan produk daging babi dari Laos dan Myanmar.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement