REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Pemerintah Arab Saudi mengatakan akan bergabung dengan Amerika Serikat (AS) dalam misi pengamanan maritim di wilayah perairan Teluk. Keputusan itu diambil saat Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo diagendakan mengunjungi Riyadh pada Rabu (18/9).
Saudi mengungkapkan, alasan mereka bergabung dengan misi maritim AS adalah untuk mengamankan industri minyaknya. Akhir pekan lalu, sekitar 10 pesawat nirawak (drone) telah menyerah dua fasilitas minyak milik Saudi Aramco.
Serangan itu dilaporkan memangkas lima persen produksi minyak dunia. Aramco diketahui merupakan perusahaan minyak milik Pemerintah Saudi yang mengalirkan pasokan terbesar ke pasar minyak dunia.
Dilaporkan laman TRT World, seorang pejabat Saudi mengungkapkan, saat Pompeo tiba, mereka berencana berbagi informasi tentang senjata yang digunakan untuk menyerang dua fasilitas minyak Aramco.
Menurut Departemen Luar Negeri AS, Pompeo akan melakukan pertemuan dengan Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) di Jeddah. Dari Saudi, Pompeo akan bertolak ke Uni Emirat Arab (UEA). Di sana dia akan bertemu Putra Mahkota UEA Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan dan pejabat tinggi angkatan bersenjata UEA.
“Pompeo akan membahas serangan baru-baru ini pada fasilitas minyak Kerajaan (Saudi) dan mengoordinasikan upaya untuk melawan agresi Iran di kawasan tersebut,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus, dikutip laman Gulf News.
Kelompok pemberontak Houthi di Yaman telah mengklaim bertanggung jawab atas aksi serangan ke fasilitas minyak Aramco. Namun sejumlah pejabat tinggi AS telah merilis citra satelit yang menunjukkan bahwa serangan drone itu berasal dari Irak atau Iran.
Kendati demikian, Iran dan Irak telah membantah terlibat dalam serangan fasilitas minyak Aramco. Dugaan itu menyebabkan ketegangan, terutama antara Iran dan AS meningkat.