Kamis 19 Sep 2019 12:26 WIB

Pompeo Nilai Serangan Aramco adalah Deklarasi Perang

Pompeo mengaku tak mempermasalahkan klaim kelompok Houthi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman di Jeddah, Arab Saudi, Rabu (18/9).
Foto: Mandel Ngan/Pool Photo via AP
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman di Jeddah, Arab Saudi, Rabu (18/9).

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) di Jeddah, Rabu (18/9). Mereka membahas tentang serangan terhadap dua fasilitas minyak Saudi Aramco pada akhir pekan lalu.

Pompeo menilai, serangan terhadap Aramco adalah tindakan perang terhadap Saudi. "Saudi adalah bangsa yang diserang. Itu di tanah mereka. Itu adalah tindakan perang terhadap mereka secara langsung," ujarnya, dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Pompeo mengaku tak mempermasalahkan klaim kelompok pemberontak Houthi Yaman yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Tapi dia tetap pada pendirian dan keyakinan Iran merupakan dalangnya.

"Ini adalah serangan Iran. Itu tidak mengubah sidik jari (pemimpin tertinggi Iran) Ayatollah (Ali Khamenei) karena membahayakan pasokan energi global," ucapnya.

Dalam pernyataan yang dirilis Departemen Luar Negeri AS Pompeo dan Pangeran MBS dilaporkan sepakat aksi terhadap Aramco adalah serangan yang tak dapat diterima serta belum pernah terjadi sebelumnya. "(Serangan) tidak hanya mengancam keamanan nasional Arab Saudi, tapi juga membahayakan kehidupan semua warga Amerika yang tinggal dan bekerja di Saudi," kata Departemen Luar Negeri AS.

"Menteri (Pompeo) dan Putra Mahkota membahas perlunya komunitas internasional untuk bersama-sama menghadapi ancaman berkelanjutan rezim Iran dan sepakat bahwa rezim Iran harus bertanggung jawab atas perilaku agresif, ceroboh, dan mengancamnya yang berkelanjutan," ujar Departemen Luar Negeri AS.

Presiden Iran Hassan Rouhani membantah tudingan negaranya mendalangi serangan terhadap dua fasilitas Aramco. "Mereka ingin menerapkan tekanan maksimum pada Iran melalui fitnah," ujarnya.

Dia pun enggan jika harus mencemplungkan Iran dalam peperangan. "Kami tidak ingin konflik di kawasan. Siapa yang memulai konflik?" kata Rouhani.

Akhir pekan lalu, dua fasilitas pengolahan minyak Saudi Aramco diserang sekitar 10 pesawat nirawak (drone). Serangan itu menyebabkan sebagian area pabrik terbakar. Dua fasilitas itu berada di Abqaiq dan Khurais.

Serangan itu dilaporkan memangkas lima persen produksi minyak dunia. Aramco diketahui merupakan perusahaan minyak milik Pemerintah Saudi yang mengalirkan pasokan terbesar ke pasar minyak dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement