REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian meragukan aksi penyerangan terhadap fasilitas minyak Saudi Aramco dilakukan kelompok pemberontak Houthi Yaman. Dia berpendapat, klaim itu tidak disertai bukti kuat.
"Houthi mengumumkan bahwa mereka melancarkan serangan ini. Itu kurang dapat dipercaya," ujar Le Drian pada Kamis (19/9).
Dia mengatakan saat ini terdapat tim investigasi internasional yang sedang menyelidiki aksi penyerangan fasilitas Aramco. "Mari tunggu hasil penyelidikannya. Saya tidak punya pendapat khusus (tentang serangan ke Aramco) sebelum hasil ini," ucapnya.
Kendati demikian, Le Drian menyatakan bahwa serangan terhadap fasilitas Aramco adalah tindakan perang. "Ketika roket menghantam negara lain, itu adalah tindakan perang. Tapi kita harus kembali kepada prinsip deeskalasi," kata dia.
Le Drian memastikan bahwa peristiwa penyerangan Aramco akan diangkat Prancis saat menghadiri sidang Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat (AS), pekan depan. Dia menyebut Presiden Prancis Emmanuel Macron telah dijadwalkan bertemu Presiden Iran Hassan Rouhani di sela-sela sidang Majelis Umum.
Pertemuan itu dinilai cukup penting karena AS dan Saudi menduga bahwa Iran mendalangi serangan terhadap Aramco. Teheran telah dengan tegas membantah tuduhan tersebut.
Akhir pekan lalu, dua fasilitas pengolahan minyak Saudi Aramco diserang sekitar 10 pesawat nirawak (drone). Serangan itu menyebabkan sebagian area pabrik terbakar. Dua fasilitas itu berada di Abqaiq dan Khurais.
Serangan itu dilaporkan memangkas lima persen produksi minyak dunia. Aramco diketahui merupakan perusahaan minyak milik Pemerintah Saudi yang mengalirkan pasokan terbesar ke pasar minyak dunia.