REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Departemen kesehatan Amerika Serikat (AS) menyatakan, hingga Kamis (19/9), sudah terdapat 530 pengisap vape yang dirawat karena sakit paru-paru parah. Wabah ini pun diperkirakan akan terus berlanjut.
Padahal, pada pekan lalu jumlahnya baru mencapai 380 kasus. Tiga perempat kasus pada pekan lalu terjadi pada laki-laki dan dua pertiganya berusia antara 18 hingga 34 tahun.
Tak hanya jatuh sakit, sebanyak tujuh orang pengisap vape juga dilaporkan tewas. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS menguraikan, dua kematian terjadi di California, lalu lima lainnya di Illinois, Indiana, Kansas, Minnesota, dan Oregon.
Atas kejadian ini, Badan Makanan dan Obat-obatan (FDA) AS kini sedang menyelidiki lebih dari 150 produk dan zat terkait vape. Selain itu, mereka juga mulai melakukan investigasi kriminal untuk mengeksplorasi rantai pasokan produk dan mengidentifikasi penyebab wabah tersebut.
Meski demikian, semua investigasi yang dilakukan tidak menyasar para penghisap vape. "Penghisap vape tidaklah menjadi target," kata Direktur Pusat Produk Tembakau pada Badan Makan dan Obat-Obatan AS, Mitch Zeller sebagaimana dikutip Reuters, Kamis (19/9).