Jumat 20 Sep 2019 12:33 WIB

Sejarah Hari Ini: AS Ajak Rusia Ekspedisi ke Bulan

Ruang angkasa menjadi wilayah perang dingin antara AS dan Rusia.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Astronot (ilustrasi)
Foto: www.bbc.co.uk
Astronot (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pada 20 September 1963, Presiden Amerika Serikat (AS) John F Kennedy meminta kerja sama Uni Soviet dan AS dalam misi ekspedisi ke bulan. Usulan itu membuat Soviet dan banyak orang Amerika Serikat terkejut karena belum siap.

Dilansir History, berbicara di PBB, Kennedy menginginkan kedua negara bersama menjalankan serangkaian perjalanan ke bulan. "Mengapa? Haruskah penerbangan pertama manusia ke bulan menjadi kompetisi nasional?" katanya bertanya kepada hadirin.

Baca Juga

Sementara, Menteri Luar Negeri Soviet kala itu Andrei Gromyko memuji pidato Kennedy dan menyebutnya sebagai pertanda baik, meski ia menolak untuk mengomentari proposal untuk perjalanan bersama ke bulan. 

Pada 1961 tak lama setelah pemilihannya sebagai presiden, John F. Kennedy mengumumkan bahwa ia bertekad untuk memenangkan 'perlombaan' luar angkasa dengan Soviet. Sejak 1957, ketika Uni Soviet mengirim satelit kecil (Sputnik) ke orbit di sekitar bumi, para ilmuwan Rusia dan Amerika Serikat berlomba untuk melihat siapa yang bisa membuat terobosan berikutnya dalam perjalanan ruang angkasa. 

Luar angkasa menjadi batas lain dalam Perang Dingin. Kennedy menaikkan taruhan pada 1961 ketika dia mengumumkan bahwa AS akan menempatkan seorang pria di bulan sebelum akhir dekade. Namun, banyak yang berubah pada 1963.  

Hubungan AS dengan Uni Soviet meningkat. Krisis Rudal Kuba Oktober 1962 telah diselesaikan dengan damai. Keterhubungan telah dibuat antara Washington dan Moskow untuk membantu mencegah konflik dan kesalahpahaman. Perjanjian yang melarang pengujian senjata nuklir di udara terbuka telah ditandatangani pada tahun 1963. 

Di sisi lain, daya tarik AS dengan program luar angkasa semakin berkurang. Penentang program itu menyebutkan tingginya biaya perjalanan yang diusulkan ke bulan, diperkirakan lebih dari 20 miliar dolar AS kala itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement