Jumat 20 Sep 2019 16:57 WIB

Pemilu Israel Soroti Kesenjangan Sekuler dan Agama

Agama memainkan peran besar dalam pemilu di Israel.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Seorang perempuan memberikan suaranya dalam pemilu di kota Arab Kfar Manda di Israel, Selasa (17/9).
Foto: AP Photo/Ariel Schalit
Seorang perempuan memberikan suaranya dalam pemilu di kota Arab Kfar Manda di Israel, Selasa (17/9).

REPUBLIKA.CO.ID, KFAR SABA -- Yamit Dulberg mengaku sebagai perempuan tradisional Yahudi ia kerap memilih Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam pemilihan sebelumnya. Tapi dalam pemilihan ulang awal pekan ini perempuan 37 tahun itu memilih rival Netanyahu yakni Benny Gantz.

Ia muak dengan Yahudi ultra-ortodok yang dijadikan sekutu oleh Netanyahu. Menurutnya, kekuasaan mereka dalam kehidupan sehari-hari sudah tidak proposional.

Baca Juga

"Ada yang berubah dalam beberapa tahun terakhir, paksaan sudah berlebihan, kami negara Yahudi, tapi bukan negara agama," kata Dulberg yang mengelola toko perhiasan keluarganya, Jumat (20/9).

Agama memainkan peranan besar dalam pemilihan umum pekan lalu di Israel yang sekuler memicu kebuntuan dalam pemilihan umum. Banyak pemilih yang memberikan suara mereka untuk menjauhkan para rabbi dari sekolah, perdagangan, dan kehidupan percintaan.

Isu Palestina sama sekali tidak disinggung dalam pemilihan ulang tersebut. Isu keamanan, urusan agama, dan negara menjadi persoalan pokok yang dibahas.

Avigdor Lieberman yang menjadi kunci dalam pemilihan ulang memastikan ingin memangkas pengaruh ultra-ortodok dari pemerintahan. Ia mendesak pembentukan pemerintah gabungan baik Netanyahu maupun Gantz tidak dapat membentuk pemerintah tanpa dukungan Lieberman.

Partai ultra-ortodok hanya mewakili sepersepuluh dari seluruh populasi. Tapi secara historis partai-partai besar mengandalkan mereka dalam membentuk koalisi. Artinya partai ultra-ortodok sering dalam posisi mampu menjatuhkan pemerintah bila tuntutan mereka tidak dipenuhi.

Mereka menggunakan pengaruh politik untuk mempertahankan gaya hidup yang berpusat pada belajar agama dan berdoa, membangun keluarga-keluarga besar yang didanai pembayar pajak. Mereka juga mengelola jaringan sekolah yang sedikit mengajarkan matematika dan bahasa Inggris. Mereka juga sering memblokir undang-undang yang mewajibkan mereka bergabung dengan militer seperti warga Israel lainnya.

Yahudi ultra-ortodok berpendapat pemuda-pemudi melayani negaranya dengan belajar dan berdoa. Melestarikan tradisi dan warisan Yahudi, menjalankan gaya hidup saleh untuk menjaga keimanan mereka. Para penganut ultra-ortodok itu selalu membuat diri mereka seakan-akan korban dari masyarakat Israel yang sekuler.

Arye Deri dari partai ultra-ortodok Shas menyerang Lieberman. Ia menuduh Lieberman dan politisi lainnya sengaja menyerang komunitas ultra-ortodok.

"Anda akan memberitahu apa yang harus kami ajarkan di sekolah? Saya berharap pemilihnya mendapatkan sedikit pendidikan kami dan belajar sedikit sopan santun," kata Deri kepada situs berita YNet.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement