Senin 23 Sep 2019 07:41 WIB

Iran Tantang Rencana Perang Amerika Serikat

Para pakar meragukan seberapa keras sanksi terbaru ini memukul Teheran.

Kerusakan akibat serangan drone di fasilitas pengolahan minyak Aramco di kilang minyak Kuirais di Buqyaq, Arab Saudi, Ahad (15/9).
Foto: Al-Arabiya via AP
Serangan drone Houthi ke fasilitas pengolah minyak Arab Saudi, Abqaiq, menyebabkan kebakaran dan menghentikan setengah pasokan minyak di Buqyaq, Arab Saudi, Sabtu (14/9). Terlihat asap kebakaran membumbung.

Pertahanan udara Arab Saudi

Menteri Pertahanan AS Mark Esper dan Joint Chiefs of Staff (JCS) Jenderal Joseph Dunford mengumumkan keputusan Trump pada Jumat malam (20/9) di Pentagon. Esper mengatakan, AS menanggapi permintaan dari pejabat Saudi dan UEA untuk meningkatkan pertahanan udara dan rudal setelah serangan akhir pekan lalu pada instalasi minyak Arab Saudi.

Para pejabat AS mengatakan, Iran bertanggung jawab atas serangan—sebuah tuduhan yang dibantah oleh Teheran. Serangan 14 September itu mengungkapkan kerentanan fasilitas minyak di kawasan itu terhadap serangan pesawat tak berawak dan rudal jelajah.

Dunford mengungkapkan, perincian mengenai penyebaran pasukan AS akan dibahas selama akhir pekan dan dirilis pada pekan depan. "Pompeo baru saja kembali pagi ini dan Saudi meminta kemampuan yang ditingkatkan," kata Dunford.

"Kami belum memutuskan unit-unit tertentu," ucapnya. Namun, nanti senjata terpilih akan membantu meningkatkan pertahanan rudal udara negara itu. Pelosi mengatakan, House dan Senat telah meloloskan undang-undang bipartisan berbulan-bulan yang lalu. Ini untuk memblokir penjualan senjata ke Arab Saudi dan UEA serta mengutuk keterlibatan Saudi di Yaman.

"Sekali lagi, Presiden Trump menutup mata terhadap berlanjutnya kekerasan Arab Saudi terhadap warga Yaman yang tidak bersalah, serta pembunuhan mengerikan terhadap wartawan Jamal Khashoggi dan pelanggaran berat hak asasi manusia, yang mewakili krisis moral dan kemanusiaan," ucap Pelosi.

Beberapa jam setelah AS mengumumkan penambahan pasukan, Kepala Pengawal Revolusi Iran Jenderal Hossein Salami memperingatkan bahwa pasukannya siap untuk setiap skenario apa pun yang akan terjadi. "Jika ada yang melintasi perbatasan kami, kami akan melawan mereka," kata dia.

Pada Jumat malam, PBB juga mengumumkan bahwa mereka telah mengirim tim ahli internasional beranggotakan empat orang ke Arab Saudi untuk menyelidiki serangan terhadap instalasi minyak. Satu pekan setelah serangan drone di dua infrastruktur minyak Arab Saudi. AS juga menerapkan sanksi baru terhadap Iran, termasuk ke bank sentral dan anggaran pembangunan.

Presiden Donald Trump mengumumkan langkah ini di hadapan para wartawan di Gedung Putih setelah sebelumnya ia sempat mencicitkannya di media sosial Twitter. "Ini adalah sanksi tertinggi yang pernah diterapkan kepada suatu negara, sayang sekali apa yang terjadi dengan Iran, ini akan menjadi neraka, melakukannya dengan buruk, praktisnya bangkrut, mereka bangkrut," kata Trump, Sabtu (21/9).

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan, Washington memotong semua sumber pendanaan ke Iran. Sanksi terbaru ini mengincar bank sentral dan Dana Pembangunan Nasional Iran.

Dalam pernyataannya, Departemen Keuangan AS mengatakan, sanksi ini juga mengincar Etermad Tejarate Pars Co. Menurut Pemerintah AS, perusahaan itu digunakan untuk menyembunyikan transfer keuangan pembelian untuk militer Iran.

Para pakar meragukan seberapa keras sanksi terbaru ini memukul Teheran. Sebab, sanksi sebelumnya telah mengeringkan pendapatan minyak Iran dan memotong hubunguan bank-bank negara itu dengan dunia keuangan. n kamran dikarma, rossi handayani, ed: fitriyan zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement