Senin 23 Sep 2019 14:12 WIB

Inggris Yakin Iran Dalangi Serangan Saudi Aramco

Inggris akan akan bergabung dengan AS dan Eropa untuk merumuskan respons bersama.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Pekerja memperbaiki lubang di fasilitas pengolahan minyak Aramco di Abqaiq dekat Dammam di timur Arab Saudi, Jumat (20/9). Saudi memfasilitasi jurnalis mengunjungi fasilitas tersebut.
Foto: AP Photo/Amr Nabil
Pekerja memperbaiki lubang di fasilitas pengolahan minyak Aramco di Abqaiq dekat Dammam di timur Arab Saudi, Jumat (20/9). Saudi memfasilitasi jurnalis mengunjungi fasilitas tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson meyakini Iran sebagai pihak yang mendalangi serangan terhadap fasilitas minyak Saudi Aramco pada 14 September lalu. Dia menyatakan akan bergabung dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutu Eropa lainnya untuk merumuskan respons bersama atas kejadian tersebut.

"Inggris mengaitkan tanggung jawab dengan tingkat probabilitas yang sangat tinggi kepada Iran untuk serangan Aramco. Kami pikir sangat mungkin memang Iran bertanggung jawab. Kami akan bekerja dengan teman-teman Amerika dan Eropa kami untuk membangun respons yang mencoba mengurangi ketegangan di kawasan Teluk," ujar Johnson kepada awak media dalam perjalanan menuju markas PBB di New York, AS, Senin (23/9).

Baca Juga

Saat ditanya apakah Inggris akan menyisihkan aksi militer, Johnson mengatakan akan mengamati dengan cermat proposal AS untuk berbuat lebih banyak dalam membantu membela Arab Saudi. "Jelas jika kita diminta, baik oleh Saudi atau Amerika, untuk memiliki peran, maka kita akan mempertimbangkan dengan cara apa kita bisa berguna," ucapnya.

Kelompok pemberontak Houthi Yaman telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap dua fasilitas minyak Saudi Aramco. Serangan tersebut dilakukan dengan menggunakan 10 pesawat nirawak. Juru bicara militer Houthi Brigadir Yahya Saree mengatakan, kelompoknya memang sengaja menerbangkan beberapa drone untuk mengecoh sistem pertahanan dan keamanan Saudi, dengan begitu drone utama dapat mencapai sasaran.

Namun, klaim Houthi disangsikan negara-negara Barat, termasuk Inggris. Seorang pejabat di pemerintahan Inggris mengatakan klaim Houthi tak masuk akal. Sebab skala, kecanggihan, dan jangkauan serangan tidak konsisten dengan kemampuan kelompok tersebut.

Dua fasilitas Aramco yang menjadi target serangan berada di Abqaiq dan Khurais. Jarak antara Yaman ke kedua wilayah itu diperkirakan sekitar 1.000 kilometer. Houthi dianggap tak memiliki teknologi atau kemampuan militer melancarakan serangan tersebut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement