Selasa 24 Sep 2019 01:52 WIB

Iran Minta Inggris Setop Jual Senjata ke Saudi

Inggris yakin Iran terlibat dalam serangan ke fasilitas minyak Saudi Aramco.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Dwi Murdaningsih
Pekerja memperbaiki lubang di fasilitas pengolahan minyak Aramco di Abqaiq dekat Dammam di timur Arab Saudi, Jumat (20/9). Saudi memfasilitasi jurnalis mengunjungi fasilitas tersebut.
Foto: AP Photo/Amr Nabil
Pekerja memperbaiki lubang di fasilitas pengolahan minyak Aramco di Abqaiq dekat Dammam di timur Arab Saudi, Jumat (20/9). Saudi memfasilitasi jurnalis mengunjungi fasilitas tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemerintah Iran meminta Inggris berhenti menjual senjata kepada Arab Saudi. Hal itu disampaikan setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa dia yakin Teheran terlibat dalam serangan ke fasilitas minyak Saudi Aramco.

"Pemerintah Inggris, alih-alih melakukan upaya sia-sia terhadap Republik Iran, harus mengambil tindakan untuk menghentikan penjualan senjata mematikan ke Arab Saudi, yang merupakan permintaan banyak orang di dunia, serta membebaskan diri dari tuduhan melakukan kejahatan perang terhadap rakyat Yaman," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi pada Senin (23/9).

Baca Juga

Terkait tudingan melakukan kejahatan perang, Saudi diketahui memimpin koalisi militer untuk memerangi kelompok pemberontak Houthi Yaman. Intervensi militer yang dilakukan Riyadh telah menyebabkan krisis kemanusiaan di Yaman semakin memburuk.

Menurut para penyelidik PBB yang menyusun laporan tentang perang Yaman, AS, Inggris, dan Prancis berpotensi terlibat dalam melakukan kejahatan perang. Sebab ketiga negara itu yang menjual dan memasok senjata kepada Saudi, termasuk Uni Emirat Arab (UEA).

Kemudian perihal serangan ke fasilitas Saudi Aramco pada 14 September lalu, Boris Johnson meyakini Iran sebagai dalangnya. "Inggris mengaitkan tanggung jawab dengan tingkat probabilitas yang sangat tinggi kepada Iran untuk serangan Aramco. Kami pikir sangat mungkin memang bahwa Iran bertanggung jawab," ujar Johnson kepada awak media dalam perjalalanan menuju markas PBB di New York, AS, Senin.

"Kami akan bekerja dengan teman-teman Amerika dan Eropa kami untuk membangun respons yang mencoba mengurangi ketegangan di kawasan Teluk," kata Johnson menambahkan.

Saat ditanya apakah Inggris akan menyisihkan aksi militer, Johnson mengatakan akan mengamati dengan cermat proposal AS untuk berbuat lebih banyak dalam membantu membela Arab Saudi. "Jelas jika kita diminta, baik oleh Saudi atau Amerika, untuk memiliki peran, maka kita akan mempertimbangkan dengan cara apa kita bisa berguna," ucapnya.

Kelompok Houthi sebenarnya telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan ke fasilitas Aramco. Namun klaimnya diragukan mengingat skala, kecanggihan, dan jangkauan serangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement