Selasa 24 Sep 2019 03:20 WIB

Meghan Markle Akui Sebagai Wanita Kulit Berwarna di Afrika

Meghan Markle pernah merasa mengalami ambigu etnis ketika menjadi artis.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Pangeran Harry dan Meghan Markle.
Foto: AP
Pangeran Harry dan Meghan Markle.

REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN -- Meghan Markle dan Pangeran Harry memulai tur sepuluh hari di Afrika Selatan dengan mengunjungi kota Cape Town. Dalam penampilan pertama, Duchess of Sussex telah secara terbuka berbicara tentang posisinya sebagai perempuan kulit berwarna ketika berpidato tentang pemberdayaan wanita.

"Bolehkah aku mengatakan sementara aku di sini bersama suamiku sebagai anggota keluarga kerajaan, aku ingin kau tahu bahwa untukku, aku di sini sebagai seorang ibu, sebagai seorang istri, sebagai seorang wanita, sebagai seorang wanita kulit berwarna dan sebagai adikmu," kata Markle, dikutip dari The Independent, Selasa (23/9).

Baca Juga

Perhentian pertama pasangan itu pada hari pertama 23 September adalah perkampungan Nyanga. Mereka menghadiri lokakarya dengan Program Pemberdayaan Perempuan Mbokodo, yang menyediakan pelatihan pertahanan diri dan pemberdayaan bagi gadis-gadis yang menderita trauma.

Setelah menyapa anggota komunitas, Meghan berdiri di atas panggung kecil untuk menyampaikan pidato. Kesempatan itu menjadi pernyataan pertama yang menunjukan sebagai kelompok wanita kulit berwarna sejak menikah dengan Pangeran Harry pada tahun 2018.

Mantan artis Hollywood ini berbicara tentang kesulitan ketika dikategorikan sebagai "ambigu etnis" di masa lalu. Pada 2017, Markle menjelaskan, sutradara sering kebingungan ketika melakukan pemilihan pemain, bertanya-tanya apakah dia "Latina", "Sephardic" atau "Kaukasia eksotis".

Selama berpidato di Cape Town, perempuan berusia 38 tahun itu juga berbicara tentang sikapnya yang kuat pada feminisme. Dia pun berbagi kutipan dari penyair Amerika Serikat Maya Angelou.

"Setiap kali seorang wanita membela dirinya sendiri, tanpa menyadarinya, tanpa mengklaimnya, dia membela semua wanita," kata Markle.

Ibu satu anak ini pun berterima kasih kepada beberapa perempuan remaja yang angkat bicara sebelumnya dengan terbuka dan jujur tentang bahaya yang dihadapi perempuan di Afrika dan bagaimana mereka menanganinya. "Hak-hak perempuan dan anak perempuan adalah sesuatu yang sangat dekat dengan hati saya dan alasan saya menghabiskan sebagian besar hidup saya untuk mengadvokasi, karena saya tahu bahwa ketika perempuan diberdayakan, seluruh masyarakat berkembang," katanya.

Awal bulan ini, para pegiat turun ke jalan di Cape Town. Kegiatan itu terjadi setelah serangkaian serangan kepada perempuan yang menunjukan kegagalan pemerintah menangani masalah kekerasan terhadap perempuan.

Markle memang telah dikenal sebagai seorang aktivis kemanusiaan sejak lama. Dia sejak muda telah membicarakan isu kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement