Selasa 24 Sep 2019 09:32 WIB

Trump Sebut Erdogan Sahabatnya karena Bebaskan Pendeta AS

Trump mengucapkan terima kasih ke Erdogan atas pembebasan pendeta AS.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nur Aini
Presiden AS Donald Trump bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden AS Donald Trump bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump menyebut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menjadi sahabat setelah ada negosiasi dalam pembebasan seorang pendeta Amerika dari tahanan Turki. Trump senang pemerintahannya bisa menjamin pembebasan Andrew Brunson.

"(Pembebasan ini setelah) perundingan yang sangat singkat dan penuh hormat dengan seorang pria yang sangat kuat, dan seorang pria yang telah menjadi teman saya untungnya, Presiden Erdogan dari Turki," kata Trump dikutip dari Anadolu Agency, Selasa (24/9).

Baca Juga

Trump mengaku menelepon Erdogan dan mengatakan bahwa pendeta Andrew tidak bersalah. Dia juga menyadari, Turki telah berusaha untuk mengeluarkan Andrew sejak lama. "Saya kira mereka tidak berusaha terlalu keras, tetapi saya ingin berterima kasih kepada Presiden Erdogan," kata dia.

"Dan saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pendeta karena berada di sini (Majelis Umum PBB ke-74) bersama kami hari ini," kata Trump.

Andrew, yang dibebaskan pada Oktober setelah didakwa di provinsi Izmir, Turki, sebagai anggota Organisasi Teroris Fetullah (FETO), termasuk di antara peserta Majelis Umum PBB pada sesi yang dipandu AS. Berbicara kepada kebebasan beragama secara lebih umum, Trump meminta negara-negara untuk bertindak atas kewajiban moral yang mendesak tersebut.

"Kami meminta pemerintah dunia untuk menghormati hak abadi setiap orang untuk mengikuti hati nurani mereka, hidup dengan iman mereka dan memuliakan Tuhan," kata Trump, ketika ia mengumumkan tambahan 25 juta dolar AS dalam pendanaan untuk melindungi kebebasan beragama.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menggunakan waktunya untuk berbicara kepada panel untuk menentang penganiayaan agama. Dia mengatakan bahwa sama sekali tidak dapat diterima bagi individu untuk membatasi kebebasan beragama mereka di zaman modern.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement