REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in menggelar pertemuan di New York pada Senin (23/9) untuk membahas rencana dimulainya kembali perundingan AS-Korea Utara (Korut). Kedua negara juga menggelar pertemuan di Seoul yang membahas pembagian ongkos tentara AS di Korsel.
"Tidak ada uji coba nuklir sama sekali dan hubungannya sangat baik," kata Trump saat bertemu Moon dalam pertemuan sela Sidang Umum PBB, Selasa (24/9).
Karena negosiasi antara AS-Korut yang dilakukan setelah pertemuan kedua Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong-un bulan Februari lalu mengalami kebuntuan, Korut mengatakan bersedia untuk memulai kembali perundingan pada akhir bulan September. Namun, belum ditentukan di mana dan kapan proses negosiasi itu dilanjutkan.
Kantor kepresidenan Korsel mengatakan Trump dan Moon membahas cara untuk meraih hasil dalam perundingan level menengah AS-Korut. Sementara itu, Gedung Putih mengatakan dalam pertemuan itu Trump mengungkapkan keyakinannya Kim akan memenuhi komitmen yang dibuat dalam dua pertemuan sebelumnya.
"Kami ingin melihat apakah kami bisa melakukan sesuatu, jika kami bisa, maka bagus, dan jika kami tidak bisa, maka tidak apa-apa, kami akan lihat apa yang akan terjadi," kata Trump.
Moon mengatakan ia berharap negosiasi level menengah antara AS-Korut dapat segera digelar. Negosiasi itu dilakukan juga untuk mempersiapkan pertemuan ketiga. Tapi Trump mengatakan sebelum menggelarnya ia ingin tahu apa hasil pertemuan ketiganya dengan Kim.
"Sekarang, orang-orang ingin melihat itu terjadi, saya ingin tahu apa hasilnya, kami bisa tahu banyak sebelum pertemuan digelar," kata Trump.
Dalam pertemuan tersebut Trump dan Moon kembali mengulang janji mereka untuk tidak menggunakan kekuatan terhadap Korut. Kantor kepresidenan Korsel mengatakan keberhasilan denuklirisasi Korut maka mereka akan membawa masa depan yang cerah bagi negara itu.