Rabu 25 Sep 2019 12:11 WIB

Ridwaan Jadwat: Kisah Keberagaman dan Darah Jawa

Saya mungkin duta besar pertama Australia yang sambut jamaah haji Australia di Saudi.

Ridwaan Jadwat.
Ridwaan Jadwat.

REPUBLIKA.CO.ID, Meski Muslim bukan warga mayoritas di Australia, Negeri Kanguru menugaskan seorang duta besarnya di Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Dialah Ridwaan Jadwat, pria yang menghabiskan masa kecil di Durban, Afrika Selatan, sebelum akhirnya bermigrasi ke Australia.

Lepas dari hidup di bawah apartheid di negeri kelahirannya, Jadwat tumbuh hingga akhirnya berkarier di dunia diplomasi Australia. Pria yang mewarisi darah Jawa dari pihak neneknya ini juga menuturkan pengalamannya yang unik saat musim haji tahun ini.

"Saya mungkin menjadi duta besar pertama Australia yang menyambut jamaah haji Australia di Saudi," katanya mengenang, pekan lalu, di Jakarta.

Berikut petikan perbincangan pria kelahiran 1972 ini dengan Kamran Dikarma dan Yeyen Rostiyani dari Republika.

Dapatkah Anda ceritakan tentang kunjungan Anda ke Indonesia?

Saya hadir di sini dalam kapasitas saya sebagai utusan khusus Australia untuk OKI. Alasan saya ke Indonesia selama beberapa hari terakhir sama seperti alasan saya mengunjungi Kuala Lumpur (Malaysia) dan Brunei, yakni bekerja dengan negara yang menjadi anggota OKI untuk membangun relasi.

Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia. Indonesia mitra penting bagi kami. Kehadiran saya di sini juga untuk bertemu orang-orang, terutama anak-anak muda, untuk membicarakan tentang keberagaman dan kebudayaan masyarakat sebagai Muslim Australia, untuk memberikan perspektif pentingnya keberagaman di Australia dan bagaimana komunitas Muslim menjadi bagian dari masyarakat Australia. Hal ini juga saya jelaskan di OKI. Intinya, saya mencoba menjelaskan tentang siapa kami dan bagaimana kami bekerja bersama di Australia.

Mengapa penting untuk membicarakan keberagaman?

Saya pikir ini lebih penting dari sebelumnya. Dunia sudah cukup terpecah. Terdapat perbedaan yang kuat antara orang-orang yang memiliki keyakinan dan kebudayaan berbeda. Kita perlu untuk melihat bagaimana kita bisa menyatukan masyarakat.

Australia punya cerita luar biasa. Sebanyak 28 persen masyarakat di negara kami lahir di luar negeri, termasuk saya sendiri. Sejak Perang Dunia II, Australia menerima 70,5 juta imigran dan 850 ribu pengungsi. Ini cerita keberagaman yang luar biasa.

Kami memiliki lebih dari 600 ribu Muslim. Islam salah satu (agama) yang berkembang cepat di Australia. Ke mana pun Anda pergi di Australia, Anda dapat menemukan restoran halal. Kita memiliki anggota parlemen yang Muslim.

Jadi, pada intinya membicarakan keberagaman itu vital. Apa yang kita lakukan di Australia dalam hal multikulturalisme merupakan model yang penting dan sesuatu yang harus kami jaga. Saya pikir ini cerita yang bagus untuk dibagikan, termasuk kepada OKI.

Sejauh mana OKI berpengaruh pada kebijakan Australia?

Sebenarnya kami tertarik untuk ikut serta dalam organisasi internasional yang bermacam-macam, termasuk OKI. Saya pikir OKI adalah organisasi antarpemerintah terbesar kedua setelah PBB. Mereka tentu memiliki suara penting.

photo
Israel menghancurkan permukiman Palestina di Sur Baher

OKI cukup fokus dengan isu Palestina. Bagaimana Anda melihat konflik Israel-Palestina?

Cukup menyedihkan bahwa konflik (Israel-Palestina) masih berlangsung. Australia mendukung solusi dua negara. Kami berharap kedua belah pihak dapat terlibat dalam semacam dialog yang akan mengantar Palestina memiliki negara mereka sendiri. Saya berpendapat, sangat penting menciptakan stabilitas dan kedamaian di Timur Tengah dan juga memberi Israel-Palestina kemampuan untuk hidup berdampingan. Kita sangat berharap hal itu dapat dilakukan.

Dalam beberapa tahun terakhir, tidak ada kemajuan (perundingan damai), tetapi tetap optimistis insya Allah sesuatu dapat diselesaikan pada masa mendatang dan kedua belah pihak dapat hidup berdampingan dalam damai.

Pada Desember lalu, Australia mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Apakah sikap ini juga dijelaskan kepada OKI?

Saya tidak diminta untuk menjelaskannya secara formal. Australia tidak akan memindahkan kedutaan besarnya untuk Israel (ke Yerusalem) sebelum Israel dan Palestina mencapai solusi. Dalam hal ini, kami tidak terlibat secara langsung. Namun, kami mencoba mendukung, termasuk memberikan bantuan dana kepada Palestina. Kami pun memiliki kantor perwakilan Australia di Ramallah dan kantor itu berhubungan langsung dengan rakyat Palestina.

Apakah Australia masih mendukung solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina?

Tentu saja, tak diragukan lagi.

Apa tantangan utama generasi muda Muslim Australia?

Salah satu tantangan yang dihadapi adalah kesalahpahaman tentang Islam. Islam disalahpahami oleh banyak orang di seluruh dunia. Pemuda Muslim sadar bahwa mereka harus mengedukasi orang-orang tentang keyakinan mereka dan menjelaskannya lebih baik sehingga orang-orang tak memiliki stereotip terhadap Muslim.

Mengapa begitu banyak kesalahpahaman tentang Islam?

Untuk orang-orang di luar, di komunitas lebih luas, yang tidak memiliki pemahaman tentang dasar Islam yang benar, mereka tidak mengerti sejarah, budaya, dan tradisi agama Islam. Mereka tidak cukup mengerti. Maka, saya mencoba menjelaskan apa arti Islam, siapa komunitas Islam sebenarnya. Penting karena masih banyak kesalahpahaman di luar sana.

Itu masih menjadi tantangan untuk mencari dan membangun jembatan. Di Indonesia ada acara buka puasa, iftar lintas agama (saat Ramadan). Itu benar-benar hal yang baik. Belajar tentang keyakinan satu sama lain dan saya pikir itu cara positif.

Apa yang Anda harapkan dari generasi muda Muslim Indonesia?

Saya pikir penting untuk mengedukasi diri sendiri tentang agama dan sangat penting membangun pertemanan dengan orang-orang yang memiliki latar belakang dan keyakinan berbeda.

Ada sebuah ayat di surah al-Hujurat supaya kita mengenal satu sama lain. Saya rasa itu cara yang baik. Kita memang sangat berbeda, tetapi kita harus bekerja dan saling mengenal. Jadi, pesan saya untuk generasi muda Muslim Indonesia sama seperti kepada pemuda Muslim, Kristen, Hindu, atau Yahudi di Australia, yakni saling mengenal satu sama lain. Dunia membutuhkan kita semua untuk mengapresiasi lebih baik dan menghormati perbedaan kita dan pada saat yang sama bersatu untuk memecahkan masalah yang kita hadapi hari ini. n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement