REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Percakapan telepon antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang memicu kontroversi telah dirilis oleh Gedung Putih. Memo percakapan tersebut membuktikan Trump memang meminta Zelensky melakukan penyelidikan untuk mencari kelemahan lawan politiknya di pemilu mendatang.
Percakapan telepon antara Trump dan Zelensky terjadi pada 25 Juli lalu. Dalam percakapan tersebut, Trump sempat menyinggung soal pemberhentian seorang jaksa asal Ukraina. Trump menaruh curiga bahwa mantan wakil presiden AS Joe Biden ada di balik pemberhentian jaksa tersebut demi menguntungkan anaknya Hunter Biden.
Trump meyakini Joe Biden melobi pemerintah Ukraina untuk memecat jaksa Victor Shokin ketika masih menjabat sebagai wakil presiden pada 2016. Shokin diketahui membuka penyelidikan terhadap Burisma, sebuah perusahaan gas alam di mana Hunter Biden memiliki posisi sebagai anggota dewan.
Namun sumber lain menyebutkan bahwa pemecatan Shokin didasari pada cara Shokin menangani kasus. Shokin diberhentikan dari posisi jaksa karena dinilai kerap bersikap lunak terhadap kasus korupsi. Hingga saat ini tak ada bukti yang menunjukkan adanya kesalahan sikap dari Joe Biden terkait pemecatan Shokin.
"Biden menyombongkan diri bahwa ia mengehentikan tuntutan (terhadap anaknya), jadi bila Anda bisa menyelidiki itu. Hal itu terdengar buruk bagi saya," ujar Trump dalam percakapan telepon dengan Zelensky, seperti dilansir BBC.
Menanggapi hal tersebut, Zelensky berjanji akan mengrus hal tersebut dan melakukan investigasi terhadap kasus yang melibatkan anak Joe Biden. Selain itu, Zelensky juga sempat berterima kasih kepada Trump karena ia tinggal di Trump Tower, New York, selama melakukan kunjungan ke AS.
Terkait masalah tersebut, Trump juga meminta Zelensky untuk bekerja sama dengan Jaksa Agung AS William Barr dan pengacara pribadi Trump Rudolph Giuliani. Departemen Kehakiman menyatakan Trump tidak pernah bicara kepada Jaksa Agung mengenai rencana investigasi terhadap Biden tersebut. Selain itu, Departemen Kehakiman juga mengonfirmasi bahwa Barr tidak pernah berkomunikasi dengan Ukraina.
Percakapan telepon antara Trump dan Zelensky terjadi beberapa hari setelah Trump menahan dana bantuan militer untuk Ukraina sebesar 391 juta dolar AS atau sekitar Rp 5,5 triliun. Dalam percakapan telepon, Trump memang tidak mengatakan bahwa pemberian bantuan AS kepada Ukraina akan bergantung pada keputusan Presiden Ukraina untuk menyelidiki Biden. Akan tetapi, Trump sempat menekankan pentingnya bantuan finansial AS bagi Ukraina sebelum ia menekan Zelensky untuk melakukan tindakan terhadap Biden yang merupakan kandidat capres 2020 dari Partai Demokrat.
"Saya dapat katakan kami melakukan banyak hal untuk Ukraina," ujar Trump.
Skandal ini mendorong Ketua DPR AS Nancy Pelosi untuk membuka penyelidikan pemakzulan terhadap Trump secara resmi. Pelosi menilai tindakan Trump yang meminta bantuan asing untuk kepentingan pribadi yang menguntungkannya di pemilu 2020 sebagai bentuk pengkhianatan terhadap sumpah.
"Tidak ada seorangpun yang kebal terhadap hukum," jelas Pelosi.