Kamis 26 Sep 2019 19:39 WIB

Mesir Tangkap 1.900 Orang Termasuk Pengacara HAM

Penangkapan di Mesir dilakukan setelah demonstrasi memprotes pemerintahan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Presiden Mesir Abdel Fatah Al Sisi.
Foto: Welt.de
Presiden Mesir Abdel Fatah Al Sisi.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Pusat Hak Ekonomi dan Sosial Mesir menyatakan lebih dari 1.900 orang telah ditangkap di Mesir pada pekan lalu. Meski begitu demonstrasi lanjutan untuk memprotes pemerintahan presiden Abdel Fatah al-Sisi tetap akan dilaksanakan pada Jumat (26/9).

Jumlah orang yang ditangkap tersebut bukan hanya dari kelompok demonstran. Beberapa orang justru tidak ada hubungannya dengan protes yang sedang dilakukan dan mereka yang ditahan di seluruh negeri.

Baca Juga

Pihak berwenang Mesir juga menangkap beberapa tokoh oposisi, meskipun tidak ada indikasi terlibat dengan gelombang demonstrasi tersebut. Pengacara hak asasi manusia pemenang penghargaan Mahienour el-Massry ditangkap di luar gedung pengadilan Kairo, tempat dia membela para pemrotes.

Beberapa hari kemudian, jurnalis dan politisi oposisi Khaled Dawoud ditangkap, serta ilmuwan politik Hassan Nafea dan Hazem Hosny. Mantan juru bicara mantan kepala staf militer Sami Anan juga ditahan setelah berusaha mencalonkan diri sebagai presiden tahun lalu.

Mantan kontraktor yang diasingkan Mohamed Ali yang videonya menuduh korupsi yang merajalela di dalam militer Mesir memicu protes baru-baru ini. Dia telah menyerukan satu juta orang untuk turun ke jalan pada Jumat.

Sebelumnya, demonstran yang menyuarakan pencopotan Sisi harus berhadapan dengan gas air mata, peluru karet, pukulan, dan amunisi. Bayang-bayang serupa pun menghantui untuk gerakan di jalan yang akan datang, termasuk pada Jumat nanti.

“Saya akan turun dan ikut, karena tidak bisa lebih buruk dari situasi saat ini. Kami tidak berharga di negara ini,” kata seorang guru dari kota pantai Alexandria Fatma, dikutip dari The Guardian, Kamis (26/9). Dia tidak peduli dengan kondisi pengamanan yang lebih diperketat.

Peringatan pertama untuk menahan gejolak pengunjuk rasa lanjutan dilakukan dengan menurunkan petugas untuk menjaga ketat pusat kota Kairo pada Rabu (25/9). Polisi anti huru-hara, van petugas keamanan, dan polisi berpakaian preman berjaga di sepanjang jalan di sekitar Tahrir Square, pusat revolusi Mesir 2011.

Van polisi Mesir dilengkapi dengan teknologi pelacakan GPS telah bersiaga di pintu masuk ke jembatan terdekat. Polisi berhenti dan mencari pejalan kaki di pusat kota Kairo, terkadang mengambil telepon untuk melakukan pengecekan.

Kondisi kehidupan orang-orang Mesir semakin memburuk sementara risiko untuk bersuara terus meningkat. Menurut data resmi pemerintah Mesir yang rilis Juli, diperkirakan 32,5 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan. Warga telah melalui langkah-langkah penghematan selama bertahun-tahun termasuk pemotongan subsidi besar-besaran dan kenaikan harga untuk barang-barang kebutuhan pokok. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement