REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara mengatakan minimnya progres dalam implementasi kesepakatan yang dibuat antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, meragukan prospek KTT di masa depan.
Laporan media Korut KCNA yang mengutip penasihat Kementerian Luar Negeri Korea Utara, Kim Kye Gwan mengatakan AS tidak berbuat apa-apa dalam implementasi pernyataan bersama mulai dari KTT pertama antara Trump dan Kim di Singapura tahun lalu. Pejabat itu mengkritik latihan militer gabungan AS dan Korea Selatan, serta sanksi dan tekanan lebih berat terhadap Korut.
Perundingan yang bertujuan membongkar program rudal dan nuklir Korut mandek sejak KTT kedua Trump dan Kim pada Februari kandas. Pyongyang mengatakan pihaknya bersedia memulai kembali pembicaraan, namun belum ada tanggal maupun tempat yang ditetapkan.
Trump mengaku pada Senin bahwa ia ingin tahu apa yang akan dihasilkan dari KTT ketiga dengan Kim sebelum sepakat menggelar pertemuan itu. Pernyataan pejabat itu juga menunjukkan bahwa politisi di Washington terobsesi dengan pernyataan bahwa Korut dapat memperoleh akses ke masa depan yang lebih cerah hanya ketika meninggalkan nuklirnya terlebih dahulu, dan anggapan bahwa sanksi membuat Korut untuk berdialog "konyol."
"Ini membuat saya ragu apakah terobosan baru dapat dicapai dalam hubungan DPRK-AS meski pembicaraan KTT DPRK-AS yang lain mungkin terbuka," ujar pernyataan tersebut, menggunakan nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea.