REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Dua pengungsi Rohingya meninggal dalam baku tembak dengan penjaga perbatasan Bangladesh saat berupaya menyeberang masuk dari Myanmar ke negara itu pada Jumat (27/9).
Lebih dari 730 ribu pengungsi Rohingya tinggal di Bangladesh, melarikan diri dari dari penindasan di negara tetangga Myanmar. Pasukan keamanan Myanmar diduga melakukan pembantaian, pemerkosaan, dan pembakaran dalam penumpasan pascaserangan pos polisi oleh warga Rohingya pada Agustus 2017.
Bangladesh menampung pengungsi di kamp-kamp sempit di distrik perbatasan Cox's Bazar. Namun, negara itu ingin memindahkan mereka ke sebuah pulau terpencil di Teluk Benggala, mengingat musim hujan serta kondisi hukum dan ketertiban yang kian memburuk akibat penyelundupan narkoba.
Mohammad Faisal Hasan Khan, komandan Penjaga Perbatasan Bangladesh (BGB) di wilayah Teknaf, Cox's Bazar, mengungkapkan bahwa pada Jumat dini hari sekelompok Rohingya sedang menyeberangi sungai di perbatasan dengan perahu, ketika penjaga perbatasan menghadang mereka dan memintanya untuk menyerah.
"Tetapi bukannya menyerah, mereka malah merespons dengan senjata api," kata Hassan.
"Ketika baku tembak berhenti anggota BGB menghampiri mereka dan menemukan dua warga Rohingya tergeletak di tanah dengan luka (tembakan)," katanya kepada Reuters.
Keduanya dinyatakan meninggal setibanya di rumah sakit setempat. BGB mengatakan menemukan 70 ribu tablet met, yang dikenal secara lokal Yaba, bersama dengan sebuah senapan dan sejumlah peluru dari korban.