REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Timur Tengah Ali Munhanif mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mulai menarik diri untuk tidak terlalu memiliki ikatan kuat dengan negara-negara Timur Tengah. Dia melihat gejala tersebut dari keputusan masalah ekonomi dan pengungsi.
"Amerika Serikat ini memang dengan kebijakan-kebijakan Trump ikatan dengan Timur Tengah dikurangi," kata Ali dalam diskusi publik yang diselenggarakan Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) dengan tema “Timur Tengah Membara dan Masa Depan Perdamaian Dunia", Jumat (27/9).
Alasan mengurangi hubungan dengan negara Timur Tengah sangat dipengaruhi dengan kebijakan Trump yang membatasi jumlah pengungsi di Amerika. Persoalan pengungsi ini memang sangat diperketat sejak Trump menjabat.
Pejabat pemerintah senior Trump menyatakan akan memboyong kembali 7.500 pengungsi dari sejumlah negara lainnya bermukim kembali di Amerika Serikat. Angka tersebut jumlah terkecil dalam sejarah kebijakan pengungsi modern karena memangkas menjadi 18 ribu orang saja.
Pemerintahan sebelumnya menerima pengungsi 60 ribu hingga 70 ribu orang sejak program dimulai pada 1980. Bahkan dalam setahun terakhir masa jabatan presiden Barack Obama menetapkan jumlah pengungsi yang masuk AS mencapai 110 ribu.
Selain permasalahan pengungsi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ini melihat, hubungan dengan negara Timur Tengah cukup membebani ekonomi Amerika. Banyak konflik dan krisis yang menjerat negara-negara tersebut dan Trump mencoba menjaga jarak.
Meski begitu, Ali melihat, hubungan dengan Timur Tengah tetap dijaga baik mengingat Amerika bergantung pada ekspor minyak. Untuk itu, Trump masih memberikan bantuan yang dibutuhkan.
Contoh saja, AS akan mengirim empat sistem radar, peluncur rudal Patriot, dan sekitar 200 personel militer ke Arab Saudi. Keputusan ini setelah serangan terhadap fasilitas minyak Aramco milik negara tersebut
"Mengingat serangan baru-baru ini terhadap Kerajaan Saudi dan atas undangan mereka, Menteri Pertahanan Mark Esper hari ini mengumumkan AS akan mengerahkan peralatan berikut ke Kerajaan, satu peluncur (rudal) Patriot, empat radar sentinel, dan sekitar 200 dukungan personel," ujar juru bicara Pentagon Jonathan Hoffman pada Kamis (26/9).
Penambahan bantuan ini diharapkan bisa membantu pertahanan ibu kota Saudi dari serangan. Langkah itu dilakukan sebagai bentuk komitmen Amerika atas mitra atau sekutunya di kawasan.
"Pola kebijakan Amerika ini memang terpengaruh dari kepribadian Trump yang tidak terduga," ujar Ali.
Sosok Trump lebih melihat keuntungan untuk negaranya. Untuk itu, hubungan dengan Timur Tengah saat ini cukup memberatkan, walaupun terdapat keuntungan yang bisa diambil olehnya.