Jumat 27 Sep 2019 23:59 WIB

Mesir Tingkatkan Keamanan Untuk Protes anti-Sisi

Mesir melakukan pengamanan ketat demo anti-Sisi.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nashih Nashrullah
Demonstran meneriakkan slogan antipemerintah di Kairo, Mesir, Sabtu (21/9). Mereka menuntut Presiden Mesir Abdel-Fattah el-Sissi mundur.
Foto: AP Photo/Nariman El-Mofty
Demonstran meneriakkan slogan antipemerintah di Kairo, Mesir, Sabtu (21/9). Mereka menuntut Presiden Mesir Abdel-Fattah el-Sissi mundur.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Pihak berwenang Mesir telah mempersiapkan untuk meningkatkan keamanan. Mereka telah menyegel Lapangan Tahrir di Kairo sepenuhnya untuk menghadapi protes yang lebih besar.

Demonstrasi dengan julukan "Jumat Keselamatan" ini diperkirakan akan melibatkan lebih banyak Massa. Kondisi tersebut menimbang kejadian pekan lalu yang membuat ratusan pemrotes turun ke jalan-jalan di kota-kota besar dan kota-kota Mesir. Mereka menyerukan untuk mengakhiri masa pemerintahan Presiden Abdel Fatah al-Sisi.  

Baca Juga

"Anda tidak harus bangun pada hari Jumat, itu tidak layak. Jangan khawatir tentang apa pun. Apa yang terjadi sebelumnya tidak akan terjadi lagi," kata Sisi saat kembali dari Majelis Umum PBB di New York, dikutip dari //theguardian//, Jumat (27/9).

Meski telah melakukan pengamanan lebih ketat, Sisi mencoba menggambarkan keadaan akan tetap aman. Dia menyampaikan imbauan tersebut ketika sampai di Bandara Kairo dan menyampaikan di kerumunan, yang sebenarnya sangat jarang terjadi.

Sebanyak 1.900 orang ditahan setelah demonstrasi di Kairo, Suez, Alexandria dan di tempat lain pada Jumat dan Sabtu lalu. Penangkapan massal menandai serentetan penahanan terbesar sejak Sisi berkuasa pada tahun 2013.

Beberapa demonstran mengatakan, mereka bertekad untuk kembali melakukan aksi, meskipun ada pernyataan pelarangan dari Kementerian Dalam Negeri Mesir. Institusi itu bermaksud menggunakan kekuatan untuk meredam setiap demonstrasi yang berlangsung pada hari Jumat.

Deru keras sirene polisi dapat terdengar di Lapangan Tahrir sepanjang hari Jumat. Persimpangan vital di pusat Kairo yang merupakan pusat protes yang menggulingkan Hosni Mubarak pada 2011, dan titik berkumpul untuk demonstrasi melawan mantan pemimpin Islamis Mohamed Morsi pada 2012 dan 2013 pun sudah dijaga ketat.

Otoritas Mesir menutup tiga stasiun metro di bawah ketiga tempat tersebut dengan barikade. Terdapat pula pos pemeriksaan di jalan-jalan sekitarnya yang juga berguna untuk mengalihkan lalu lintas. 

Mobil polisi berpatroli di alun-alun yang kosong, sementara petugas keamanan berhenti dan mencari pejalan kaki di daerah sekitarnya. Kelompok-kelompok HAM khawatir akan ada lebih banyak lagi yang akan ditahan.

Amnesty International meminta para pemimpin dunia untuk mencegah tindakan kekerasan terhadap demonstran. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement