Sabtu 28 Sep 2019 15:28 WIB

Abbas: Jika Israel Caplok Lembah Yordan, Kesepakatan Batal

Semua kesepakatan Palestina-Israel dianggap batal jika Israel akui Lembah Yordan.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas
Foto: AP Photo/Richard Drew
Presiden Palestina Mahmoud Abbas

REPUBLIKA.CO.ID,  NEW YORK— Presiden Palestina Mahmoud Abbas pekan ini kembali menyatakan jika Israel mencaplok wilayah pendudukan Tepi Barat Sungai Yordan, termasuk Lembah Yordan dan Laut Mati, maka semua kesepakatan yang ditandatangani akan mati.

Ketika berbicara pada Sidang Ke-74 Majelis Umum PBB, Presiden Abbas mendesak masyarakat internasional agar memikul tanggung-jawab mereka guna mengakhiri kecongkakan dan agresi Israel.

Baca Juga

"Satu pekan sebelum pemilihan umum baru-baru ini di Israel, Perdana Menteri Israel (Benjamin) Netanyahu dengan congkak mengumumkan bahwa kalau ia menang dalam pemilihan umum, dia akan mencaplok dan menerapkan kedaulatan Israel atas Lembah Yordan, Laut Mati di utara, dan permukiman pendudukan Israelkendati ada kenyataan bahwa semua daerah ini adalah wilayah Palestina, yang diduduki," kata Abbas.

"Kami menolak seluruhnya dan sepenuhnya rencana tidak sah ini. Tanggapan kami, jika Pemerintah Israel melanjutkan rencananya ini, semua kesepakatan yang ditandatangani dengan pemerintah pendudukan dan setiap kewajiban di dalamnya akan mati."

Dia berharap bisa kembali dari Sidang Majelis Umum untuk mengumumkan berakhirnya pendudukan Israel. 

"Tapi, sayangnya, saya berdiri di hadapan anda semua dengan memikul penderitaan dan rasa sakit yang telah dipikul sangat lama oleh rakyat saya, yang, meskipun semua yang telah mereka derita berupa ketidakadilan, penindasan dan pendudukan, masih berpegang pada harapan untuk mewujudkan kemerdekaan dan kebebasan mereka, serta negara lain di dunia," kata dia sebagaimana dilansir Kantor Berita Palestina, WAFA. 

Presiden Abbas juga mengeritik Amerika Serikat karena memihak kaum pendudukan Israel sementara menolak hak rakyat Palestina, dan menegaskan bahwa dia takkan menerima setiap penengahan Amerika lagi karena kebijakan biasnya. 

Dia menyerukan diselenggarakannya konferensi perdamaian internasional, dan berkeras berakhirnya satu negara, AS, sebagai penengah tunggal dalam proses perdamaian Timur Tengah.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement