Sabtu 28 Sep 2019 18:00 WIB

Trump Disebut tak Cemaskan Peran Rusia di Pemilu AS

Gedung Putih coba membatasi akses terhadap informasi tersebut.

Presiden AS Donald Trump, 22 September 2019.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden AS Donald Trump, 22 September 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump diketahui menyampaikan informasi kepada dua pejabat Rusia pada 2017 soal pemilu AS. Saat itu Trump menyatakan tidak khawatir terhadap campur tangan Moskow.

Seperti dilaporkan Washington Post, usai pernyataan itu dilontarkan Trump, beberapa pejabat Gedung Putih berupaya membatasi akses.  Notulensi pertemuan di Ruang Oval Gedung Putih antara Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Duta Besar Rusia untuk AS Sergei Kislyak hanya dapat diketahui segelintir orang guna menjaga pernyataan Trump tidak bocor ke publik.

Walaupun demikian, Gedung Putih belum memberikan tanggapan terkait pernyataan Trump ke pejabat Rusia. Seorang pelapor tindak pidana (whistleblower) pada Juli menyampaikan ke otoritas berwajib bahwa Trump mendesak Presiden Ukraina Zlenskiy untuk menyelidiki rival politiknya, Joe Biden dari Partai Demokrat.

Permintaan itu disampaikan Trump di saat dia tengah menghadapi ancaman pemakzulan dari Parlemen AS. Anggota komunitas intelijen AS yang melaporkan Trump mengatakan catatan percakapan Presiden AS dengan pemimpin negara-negara disimpan dalam sistem komputer rahasia yang dijaga ketat.

Namun catatan itu dijaga ketat untuk melindungi informasi yang bersifat politis menurut kepentingan pihak tertentu, bukan untuk kepentingan keamanan nasional.

Banyak pihak meyakini pertemuan Trump dengan Menlu Rusia Lavrov dan Dubes Kislyak pada 2017 cukup kontroversial, apalagi setelah publik mengetahui Presiden AS telah membocorkan informasi rahasia mengenai rencana untuk pegaris keras IS.

Sementara itu, terkait isu campur tangan Rusia terhadap pemilu AS, Trump menyampaikan ke Menlu Lavrov dan Dubes Kislyak bahwa ia tidak begitu mengkhawatirkan persoalan tersebut karena AS melakukan perbuatan yang sama di negara lain, Washington Post melaporkan.

Narasumber lain, sebagaimana dikutip CNN, mengatakan pembatasan akses ke notulensi pertemuan Trump dengan pemimpin negara-negara asing juga berlaku untuk catatan percakapan antara Presiden AS dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Penasihat senior Gedung Putih Kellyanne Conway di depan awak media mengatakan prosedur menangani notulensi pembicaraan Trump dengan pemimpin negara-negara lain telah berubah sejak awal pemerintahannya, khususnya setelah isi perbincangan dia dengan Presiden Meksiko dan Perdana Menteri Australia bocor ke publik.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement