Sabtu 28 Sep 2019 23:59 WIB

Trump Disebut tak Cemaskan Intervensi Rusia di Pilpres AS

Washington Post sebut di 2017 Trump bertemu Menlu Rusia dan berbicara soal pilpres

Rep: Kamran Dikamra/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Presiden AS Donald Trump, 22 September 2019.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden AS Donald Trump, 22 September 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilaporkan tak mencemaskan intervensi Rusia dalam pilpres AS. Hal itu dia sampaikan saat bertemu Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan Duta Besar Rusia untuk AS Sergei Kislyak pada 2017.

Kabar itu diungkap the Washington Post pada Jumat (27/9), mengutip beberapa mantan pejabat yang mengetahui tentang pertemuan tersebut. Kala itu Trump mengungkapkan bahwa dia tak khawatir dengan campur tangan Rusia dalam pilpres AS. Sebab AS pun melakukan hal yang sama di negara-negara lain.

Pertemuan antara Trump, Lavrov, dan Kislyak memang telah dianggap kontroversial. Karena Trump dilaporkan membocorkan informasi yang sangat rahasia tentang rencana operasi terhadap kelompok ISIS. Gedung Putih belum merespons laporan terbaru yang diterbitkan the Washington Post.

CNN, mengutip beberapa sumber yang mengetahui masalah itu melaporkan, bahwa saat ini akses untuk memperoleh percakapan Trump dengan para pemimpin asing diperketat, termasuk panggilan telepon dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pekan ini, Ketua House of Representative AS Nancy Pelosi telah meluncurkan penyelidikan pemakzulan terhadap Trump. Dia diduga telah menekan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menyelidiki kandidat calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden dan anaknya, Hunter. Mereka disebut telah melakukan transaksi bisnis yang korup di perusahaan gas Ukraina.

Trump ingin nama Biden tercemar sehingga peluangnya untuk memenangkan pilpres AS 2020 terbuka lebar. Dia membekukan dana bantuan militer sebesar 400 juta dolar AS untuk Ukraina yang telah disetujui Kongres guna menekan pemerintahan Zelensky. Hal itu membuat Trump dianggap telah melanggar sumpah jabatan sebagai presiden.

Trump telah membantah bahwa percakapannya dengan Zelensky via telepon tak pantas. “Jika panggilan telepon yang sempurna dengan Presiden Ukraina itu tidak dipertimbangkan pantas, maka tidak ada masa depan presiden bisa berbicara dengan pemimpin asing lagi,” ujarnya. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement