Senin 30 Sep 2019 06:55 WIB

Paus Kecam Negara Pembuat Senjata Munculkan Migrasi

Negara pembuat senjata menolak menampung imigran akibat perang.

Paus Fransiskus
Foto: EPA-EFE/CIRO FUSCO
Paus Fransiskus

REPUBLIKA.CO.ID, VATICAN CITY -- Paus Fransiskus mengutuk negara-negara yang memproduksi senjata untuk berperang di negara lain, kemudian menolak menampung para pengungsi yang mencari suaka akibat peperangan itu.

"Perang hanya berdampak pada sebagian wilayah di dunia, namun senjata perang diproduksi dan dijual oleh wilayah dunia lainnya yang mana tidak mau menampung para pengungsi korban konflik," ucap Paus, Ahad (29/9).

Baca Juga

Paus, yang orang tuanya merupakan imigran Italia itu, membuat pembelaan untuk para migran dan pengungsi pada masa keuskupannya. Dia seringkali berselisih soal kebijakan imigrasi dengan Presiden AS Donald Trump dan politikus anti-imigran di Eropa.

Pimpinan umat Katolik berusia 82 tahun tersebut juga berulang kali mengkritik perdagangan senjata. Dia berbicara di hadapan 40 ribu orang di Lapangan Santo Petrus terkait isu perang dan migrasi karena Gereja Katolik Roma menandai hari ini sebagai Hari Imigran dan Pengungsi Sedunia.

Misa Minggu itu dihadiri oleh banyak imigran dan kelompok yang membantu mereka diiringi dengan musik campuran Afrika, Spanyol, dan Portugis, serta musik tradisi gereja. Paus Fransiskus juga menyebut dunia saat ini semakin elitis dan jahat terhadap yang tersisih.

"Ini berarti menjadi tetangga bagi semua yang teraniaya dan terlantar di jalanan di dunia kita ini, menenangkan luka mereka, dan membawa ke penampungan terdekat di mana kebutuhan mereka dapat terpenuhi," kata Paus.

Ia menambahkan bukan lagi saatnya orang-orang bersikap tak acuh terhadap isolasi yang suram, kutukan, dan diskriminasi yang dialami oleh mereka yang tidak masuk ke dalam kelompok umu" di masyarakat. Usai memberikan khotbah, Paus kemudian meresmikan sebuah patung besar di lokasi itu yang menggambarkan sekumpulan imigran dan pengungsi dari beragam keyakinan dan masa berbeda dalam sejarah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement