Selasa 01 Oct 2019 00:43 WIB

Eurostar dan Thaly Bangun Jaringan KA Hubungkan 5 Negara

Jaringan kereta api tersebut terbesar hubungkan 5 negara.

Rep: Umi Soliha/ Red: Nashih Nashrullah
Kereta Cepat (ilustrasi)
Foto: Republika/willy
Kereta Cepat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Perusahaan kereta api berkecepatan tinggi, Eurostar dan Thaly tengah merencanakan membangun jaringan kereta api raksasa yang menghubungkan lima negara. Hal ini merespons terhadap meningkatnya permintaan perjalanan yang berkelanjutan.

Operator kereta api negara Prancis, SNCF yang memiliki saham mayoritas di kedua perusahaan tersebut, menjuluki proyek ini  "Green Speed" dan telah mempresentasikan ide tersebut kepada para pemegang saham.

Baca Juga

SNCF mengklaim proyek ini bertujuan menciptakan perjalanan kereta api berkecepatan tinggi Eropa yang berkelanjutan. Dan ingin mendorong mesyarakat untuk menggunakan kereta daripada pesawat atau mobil pribadi.

"Tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas dari 18,5 juta penumpang saat ini per tahun menjadi hampir 30 juta pada pada 2030," ujar Pimpinan SNCF,Guillaume Pepy dikutip dari Independent.co.uk

Penggabungan dua perusahaan kreta api tersebut, diharapkan bisa memberikan pelancong pengalaman baru yang lebih yang lebih mulus dengan hanya menggunakan satu tiket untuk seluruh perjalanan. 

SNCF juga menyoroti keinginannya untuk memaksimalkan penggunaan energi terbarukan untuk armadanya pada 2030, untuk mengurangi emisi karbon di masa depan.

“Tantangan perubahan iklim dan permintaan untuk perjalanan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan menuntut respons yang ambisius. Menyatukan kekuatan Eurostar dan Thalys akan menjadi respons yang kuat untuk tantangan ini,"ujarnya.  

CEO SNCB dan pimpinan Thalys, Sophie Dutordoir, menambahkan kereta adalah solusi yang paling aman, paling berkelanjutan, tercepat dan paling efisien untuk bepergian di Eropa. 

Eurostar saat ini menghubungkan 14 kota di Inggris, Prancis, Belgia dan Belanda, sementara Thalys melayani 26 tujuan di Belgia, Prancis, Belanda, dan Jerman.

Gagasan ini muncul setelah muncul  gerakan Flygskam (malu penerbangan) yang terus mendapatkan daya tarik di seluruh Eropa. Gerakan ini semakin mendapatkan perhatian lebih, saat aktivis lingkungan dari Swedia Greta Thunberg melakukan perjalan pulang-pergi ke Amerika Serikat dengan kapal.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement