Selasa 01 Oct 2019 11:43 WIB

Koalisi Saudi Bantah Klaim Houthi Bunuh 500 Tentara

Jubir koalisi mengatakan klaim tersebut kampanye media yang menyesatkan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Sebuah tangkapan video menunjukkan diduga kendaraan militer milik Arab Saudi yang dihancurkan gerilyawan Houthi di Najran, Saudi, Ahad (29/9).
Foto: EPA-EFE/HOUTHI MILITARY MEDIA HANDOUT
Sebuah tangkapan video menunjukkan diduga kendaraan militer milik Arab Saudi yang dihancurkan gerilyawan Houthi di Najran, Saudi, Ahad (29/9).

REPUBLIKA.CO.ID, NAJRAH -- Koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi-Uni Emirat Arab (UEA) yang memerangi gerakan pemberontak Houthi membantah klaim penangkapan pasukan, termasuk pasukan Saudi. Juru bicara koalisi Kolonel Turki al-Malki menepis klaim itu dengan menyebut mereka bagian dari kampanye media yang menyesatkan, Senin (30/9).

Seorang juru bicara Houthi mengatakan dalam sebuah pernyataan di televisi, operasi pada akhir Agustus di dekat wilayah Saudi selatan Najran mampu menembus wilayah Kerajaan. Mereka berhasil menangkap membunuh dan menangkap tentara Arab.

Baca Juga

Al-Malki mengatakan, koalisi itu menggagalkan serangan Houthi pada akhir Agustus di distrik Kitaf di provinsi Saada, sepanjang perbatasan dengan Arab Saudi. Lebih dari 1.500 pejuang Houthi tewas dalam beberapa pekan terakhir.

Koalisi juga merilis video yang menunjukkan serangan udara ketika menargetkan gerilyawan dan kendaraan Houthi di Kitaf. Al-Malki meyakinkan mereka dapat memukul mundur pemberontak tersebut.

Sedangkan, Houthi pada Ahad merilis rekaman yang menunjukkan perampasan kendaraan tentara Saudi dan peralatannya. Gambar-gambar dari serangan itu menunjukkan kendaraan lapis baja dengan tanda Saudi, senjata, dan amunisi yang berhasil direbut.

Mereka mengatakan berhasil membunuh 500 tentara Saudi. Kelompok dukungan Iran tersebut juga mengklaim telah menangkap 2.000 tentara. Serangan itu terjadi tiga hari yang lalu di selatan wilayah Najran, Arab Saudi yang berbatasan dengan Yaman.

Houthi, kelompok yang menguasai bagian utara Yaman, baru-baru ini meningkatkan serangan pesawat nirawak dan rudal mereka di perbatasan selatan Arab Saudi. Pemberontak mengklaim bertanggung jawab atas serangan 14 September terhadap dua fasilitas yang dikelola perusahaan minyak negara Saudi, Aramco.

Serangan itu pada awalnya memangkas setengah dari produksi minyak mentah kerajaan. Produksi minyak tersebut menyumbang sekitar lima persen dari pasokan dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement