REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Merek-merek mewah mendunia seperti, Prada, Cartier, merugi akibat aksi demo Hong Kong. Mereka sedang menghitung biaya kerugian untuk bisnis selama empat bulan kerusuhan di Hong Kong.
Aksi massa di Hong Kong membuat turis menjauh. Sehingga memaksa toko-toko harus tutup.
Menurut analis Bernstein, Hong Kong berada di antara lima destinasi mewah top dunia dan telah lama menjadi magnet bagi merek-merek yang tertarik oleh arus pengunjung dari daratan China. Kota ini menyumbang antara lima persen dan 10 persen dari penjualan global barang mewah tahunan senilai 285 miliar dolar.
Namun, data pada hari Rabu (2/10) menunjukkan penjualan ritel turun 23 persen pada Agustus dari tahun sebelumnya. Penurunan terbesar dalam catatan sementara yaitu, nilai penjualan perhiasan, jam tangan dan barang berharga lainnya turun 47,4 persen. Kedatangan pengunjung turun 39 persen dengan jumlah turis daratan ke Hong Kong turun 42,3 persen.
"Kami tidak melihat cahaya di ujung terowongan," kata ketua Asosiasi Manajemen Ritel Hong Kong, Annie Yau Tse dikutip dari Reuters, Kamis (3/10).
Setelah demonstrasi pro-demokrasi dimulai pada bulan Juni, dampak pada hasil kuartal kedua diredam tetapi hal itu diperkirakan akan berubah pada hasil kuartal ketiga karena merek dari Hermes ke Tiffany bergulat dengan penutupan toko.
Analis RBC Rogerio Fujimori, yang baru saja mengunjungi Hong Kong, memperkirakan sebagian besar merek akan mengalami penurunan penjualan antara 30 persen hingga 60 persen pada kuartal ketiga. Bain & Co sekarang melihat sektor mewah global tumbuh tahun ini pada kisaran rendah dari kisaran 4 persen hingga 6 persen.
Kemudian, pembuat jam khususnya kemungkinan akan terluka. Hong Kong adalah pusat utama untuk arloji kelas atas dan Swatch Group (UHR.S) Swiss dan pemilik Cartier, Richemont CFRS. mengandalkan Hong Kong untuk 11 hingga 12 persen dari penjualan global mereka.
Sekitar 30 pusat perbelanjaan besar harus ditutup selama protes anti-pemerintah yang berubah menjadi kekerasan pada (1/10) yang memperingati perayaan peringatan ke-70 berdirinya Republik Rakyat China.
Penutupan datang selama liburan Golden Week tahunan biasanya salah satu periode tersibuk bagi pengecer di kota.
Seorang tenaga penjualan Gucci di toko merek di pusat perbelanjaan Pacific Place mengatakan bisnis jelas sangat terpengaruh. "Kami kehilangan banyak penjualan dan sekarang penutupan membuat lebih sulit. Jauh lebih sulit bagi kami untuk mendapatkan pelanggan," kata dia.