REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara (Korut) mengklaim berhasil menguji coba rudal balistik berbasis kapal selam atau submarine-launched ballistic missiles (SLBM) tipe terbaru. Pyongyang menganggap hal itu mengantarkan mereka ke fase baru dalam kemampuan pertahanan diri.
The North's Academy of Defence Science mengatakan, SLBM tipe terbaru itu bernama Pukguksong-3. Rudal tersebut diuji di perairan Teluk Wonsan di Laut Timur pada Rabu (2/10) pagi.
“Uji coba penembakan SLBM tipe baru yang berhasil menjadi sangat penting karena mengantarkan fase baru dalam menahan ancaman pasukan luar kepada Korut dan semakin memperkuat otot militernya untuk pertahanan diri,” kata kantor berita Korut, Korean Central News Agency (KCNA) dalam laporannya pada Kamis (3/10).
Ahli pertahanan dari the Korea Defense and Security Forum yang berbasis di Seoul, Korea Selatan (Korsel), Shin Jong-woo memiliki pendapat serupa. Menurutnya, rudal terbaru yang diuji Korut menunjukkan adanya kemajuan teknis.
“Rudal Pukguksong-3 tampaknya lebih besar dan lebih panjang dari versi sebelumnya. Berbeda dari rudal Pukguksong-1, rudal yang baru dikembangkan juga tampaknya tidak memiliki sirip yang memutar, karena digunakan pada rudal atau bom konvensional untuk meningkatkan kemudi serta presisi. Penyisihan hal itu menunjukkan stabilitas penerbangannya,” kata Shin, dikutip laman kantor berita Korsel, Yonhap.
Dia melihat Pukguksong-3 memiliki desain yang mirip dengan rudal JL-2 SLBM Cina. “Kemiripan luar dengan rudal Cina berarti Korut bertujuan untuk mengamankan SLBM yang dapat membawa beberapa hulu ledak,” ujarnya. Shin mengatakan JL-2 SLBM milik Beijing dapat membawa tiga hingga delapan hulu ledak.
Pada Rabu lalu Korut dilaporkan telah menembakkan rudal balistik dari kapal selam di dekat pelabuhan Wonsan. Berdasaran pengamatan, rudal itu mencapai ketinggian 910 kilometer dan mendarat di Laut Jepang.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe segera mengecam peristiwa tersebut. Dia mengatakan Korut telah melakukan pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarangnya menggunakan teknologi rudal balistik.
Penembakan rudal balistik itu dilakukan tak lama setelah Pyongyang mengumumkan akan mengadakan dialog tingkat kerja dengan Amerika Serikat (AS) untuk membahas masalah denuklirisasi. Wakil Menteri Luar Negeri Korut Choe Son Hui mengatakan pembicaraan itu diagendakan digelar pada Jumat (4/10) mendatang. Namun dia belum memberitahu di mana dialog itu akan berlangsung.
Choe hanya menyatakan bahwa para pejabat di negaranya siap untuk melakukan diskusi. “Ini adalah harapan saya bahwa negosiasi tingkat kerja akan mempercepat perkembangan positif hubungan Korut-AS,” kata Choe .
Perundingan denuklirisasi antara AS dan Korut yang berlangsung di Hanoi, Vietnam, pada Februari lalu diketahui berakhir tanpa kesepakatan. Hal itu disebabkan karena kedua belah pihak mempertahankan posisinya tentang penerapan sanksi.