Jumat 04 Oct 2019 03:01 WIB

Peringatan Jerman Bersatu, Tokoh Politik Ingatkan Revolusi Damai Jerman Timur

Sebelum ada penyatuan, lebih dulu ada kebebasan.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
picture alliance / Lehtikuva Oy/Heikki Saukkomaa
picture alliance / Lehtikuva Oy/Heikki Saukkomaa

Mantan Presiden Jerman Joachim Gauck, salah satu tokoh penting gerakan demokrasi dan hak asasi Jerman Timur, menegaskan pentingnya mengingat dan menjaga sejarah perjuangan demokrasi melawan rezim otoriter Jerman Timur 30 tahun yang lalu.

Menyambut Hari Jerman Bersatu, Gauck yang kini berusia 79 tahun mengatakan dalam wawancara televisi, Jerman kali ini memang merayakan "29 tahun penyatuan Jerman, namun juga 30 tahun demokrasi".

"Bagi saya penting, bahwa masyarakat Jerman menyadari: Sebelum ada penyatuan, lebih dulu ada kebebasan. Ketika tahun 1989 terjadi pergolakan (di Jerman Timur), terjadi sebuah revolusi damai, maka itu harus benar-benar ditanamkan di benak bangsa ini", tambah tokoh gerakan demokrasi Jerman Timur itu.

Revolusi damai setelah rezim otoriter digulingkan

Hari Jerman Bersatu dicanangkan 29 tahun lalu pada 3 Oktober 1990. Pada hari itu, yang kemudian dinyataklan sebagai hari besar peringatan nasional, ditandatangani dokumen penyatuan kembali Jerman Timur dan Jerman Barat. Sehari sebelumnya, pada 2 Oktober 1990, parlemen Jerman Timur memutuskan pembubaran negara Jerman Timur dan penggabungan ke Jerman Barat.

Setahun sebelumnya, pada 9 November 1989, rezim Jerman Timur mengijinkan pembukaan perbatasan. Hari itulah yang sekarang dirayakan sebagai Hari Runtuhnya Tembok Berlin. Sebelumnya, selama berminggu-minggu para aktivis gerakan pro demokrasi di Jerman Timur menggalang aksi damai menuntut demokrasi.

Aparat keamanan dan intelijen Jerman Timur yang dikenal kejam akhirnya menyerah pada tuntutan rakyat. Para serdadu ketika itu menolak menembak warganya sendiri, sehingga penguasa otoriter kehilangan otoritasnya. Selain itu, di Uni Soviet yang menjadi "saudara tua" dan pelindung rezim sosialis Jerman Timur, juga sedang terjadi perubahan besar. Pemicunya gerakan keterbukaan alias Glasnost dicanangkan pemimpinnya Mikhail Gorbachev.

Rangkaian aksi unjuk rasa terus menerus, akhirnya memaksa pemimpin Jerman Timur Erich Honecker meletakkan kekuasaan. Para aktivis pro-demokrasi pun membentuk dewan-dewan rakyat untuk membahas kelanjutan negara itu dan memaksa parlemen mengubah haluan politiknya dan menerapkan sistem demokrasi. Pada bulan Juni 1990 dilaksanakan pemilihan umum bebas yang pertama di bekas negara komunis tersebut.

Perubahan besar di Jerman Timur disebut-sebut sebagai Revolusi Damai, karena transisi dari rezim otoriter ke sistem demokrasi memang dilalui tanpa ada satupun peluru yang ditembakkan.

Joachim Gauck dan Angela Merkel potret keberhasilan transisi demokrasi

Joachim Gauck, seorang teolog Protestan, adalah salah satu tokoh penting gerakan demokrasi Jerman Timur. Setelah Jerman bersatu lagi, dia dipercaya memimpin sebuah lembaga yang mengelola dokumen-dokumen dinas rahasia Jerman Timur - Stasi, yang dulu sangat ditakuti.

Dokumen-dokumen dinas rahasia Stasi menjadi penting, karena memuat banyak sekali dokumen hasil observasi intelijen terhadap warga Jerman Timur sendiri, termasuk para aktivis dan penentang rezim. Stasi adalah salah satu organ terpenting rezim Jerman Timur untuk mengendalikan dan menindas rakyatnya sendiri.

Dokumen-dokumen itu kemudian dikelola lembaga negara yang populer disebut "Lembaga Gauck", sesuai nama direkturnya,. Gauck memimpin lembaga itu dari 1990 sampai 2000. Setiap warga atau institusi yang berkepentingan, memiliki hak melihat dokumen Stasi tentang dirinya, termasuk siapa saja yang menjadi mata-mata dalam gerakan mereka.

Tahun 2012, Joachim Gauck dipilih menjadi Presiden Jerman. Tahun 2017 dia menyatakan tidak ingin menjadi presiden lagi untuk masa jabatan kedua dengan alasan kesehatan. Sejarah karir politik Joachim Gauck dan Kanselir Jerman Angela Merkel, yang dulu juga hidup di Jerman Timur, menjadi contoh keberhasilan revolusi damai Jerman di Timur meruntuhkan sistem otoriter komunis dan membangun demokrasi.

Jerman saat ini mempersiapkan perayaan besar 30 tahun runtuhnya Tembok Berlin pada 9 November 2019.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement