Jumat 04 Oct 2019 11:11 WIB

Perdagangan Satwa Liar Dunia Meningkat 50 Persen

Ada lebih dari 5.500 spesies hewan yang diperjualbelikan di seluruh dunia.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Esthi Maharani
Barang bukti dalam Operasi pengamanan peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar di Jawa Barat.
Foto: dok. Humas Kemenhut
Barang bukti dalam Operasi pengamanan peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar di Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivitas perdagangan satwa liar kian mengkhawatirkan. Sebuah penelitian terbaru menyebutkan bahwa saat ini ada lebih dari 5.500 spesies burung, mamalia, amfibi, dan reptil yang diperjualbelikan di seluruh dunia. Jumlah itu meningkat sekitar 50 persen dari perkiraan awal.

Perdagangan legal atau ilegal satwa liar untuk hewan peliharaan atau produk-produk hewani memang bernilai miliaran dolar. Namun yang harus disadari bahwa itu merupakan ancaman nyata akan keanekarahaman hayati.

Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan di Universitas Florida dan Universitas Sheffield menemukan bahwa spesies yang terancam dan hampir punah terwakili secara tidak proporsional. Secara keseluruhan, 5.579 dari 31.745 spesies vertebrata diperdagangkan.

Adapun spesies mamalia, angkanya naik menjadi 27 persen. Mamalia langka yang diperjualbelikan misalnya Trenggiling, yang sisiknya banyak diincar. Untuk spesies amfibi dan reptil lebih sering dijual untuk kebutuhan hewan peliharaan atau koleksi kebun binatang. Sementara spesies burung diperdagangkan untuk kebutuhan peliharaan juga pengobatan.

Para peneliti memprediksi, perdagangan satwa liar baik legal maupun ilegal akan terus bertambah hingga 3.196 lebih spesies.

"Artinya satwa langka yang ada saat ini, sebagian besar terancam punah. Misalnya, satwa trenggiling Afrika, yang mulai dieksploitasi setelah Asia. Trenggiling menjadi lebih sulit ditemukan," demikian kata peneliti, dikutip dari Malay Mail, Jumat (4/10).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement