Jumat 04 Oct 2019 18:39 WIB

Ketegangan AS-Iran Menular ke Hizbullah Lebanon

Hizbullah mendapat imbas dari perseteruan dua negara itu.

Rep: Lintar Satria / Red: Nashih Nashrullah
Sayed Hasan Nasrallah
Foto: futurodelmundo
Sayed Hasan Nasrallah

REPUBLIKA.CO.ID BEIRUT— Konflik antara di Iran dan Amerika Serikat telah menciptakan ketegangan di seluruh kawasan Timur Tengah. Kini konflik itu berimbas kepada Lebanon. 

AS memberlakukan sanksi kepada Hizbullah yang didukung Iran dan memperingatkan dapat memperluas sanksi mereka ke sekutu-sekutu kelompok itu. 

Baca Juga

Hizbullah telah menyadari sanksi itu akan berlaku untuk mereka. Tapi mereka juga yakin akan dapat mengatasinya karena mereka sudah berhasil mengatasi sanksi-sanksi AS selama bertahun-tahun.

Kelompok itu memperingatkan pemerintah Lebanon untuk melaksanakan tugasnya. Yaitu melindungi warga yang tengah mendapatkan sanksi karena negara itu juga milik masyarakat Muslim Syiah atau simpatisan Hizbullah.

"Di masa lalu sudah pernah kami katakan ketika kami menjadi subjek ketidakadilan kami bisa bersabar, tapi ketika rakyat kami menjadi subjek ketidakadilan maka kami akan berperilaku secara berbeda," kata Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, Jumat (4/10).

Nasrallah mengatakan pemerintah Lebanon harus melindungi warganya sendiri. Dia juga berharap bank Lebanon tidak segera melaksanakan keinginan AS. "Beberapa institusi negara harusnya tidak terburu-buru untuk melaksanakan keinginan dan perintah Amerika," katanya.

Sanksi AS diperkirakan akan semakin memperburuk krisis ekonomi di Lebanon. Pemerintahan Presiden Donald Trump mengintensifkan sanksi ke kelompok milisi dan institusi yang tidak pernah dilakukan pemerintah AS sebelumnya.

Ini pertama kalinya Washington mengincar bank setempat yang menurut pemerintah Trump memiliki kaitan dengan Hizbullah. Dua pejabat AS mengunjungi Beirut pada bulan September lalu. Mereka memperingatkan Washington dapat meningkatkan tekanan terhadap sumber pendanaan Hizbullah.

"Baru-baru ini kami mengambil tindakan lebih besar lagi terhadap Hizbullah dibandingkan sepanjang sejarah program kontraterorisme kami," kata Wakil Menteri Bidang Terorisme dan Intelijen Finansial Kementerian Keuangan AS, Sigal P  Mandelker, pada September lalu.

Mandelker mengatakan Washington yakin pemerintah dan bank Lebanon akan mengambil langkah yang tepat. "Memastikan agar Hizbullah tidak lagi dapat mengakses dana mereka di bank," kata Mandelker.

Hizbullah dibentuk pemerintah Garda Revolusi Iran setelah invansi Israel ke Lebanon pada tahun 1982. Kelompok itu mendapat dukungan yang kuat dari komunitas Syiah Lebanon. Mereka mengelolah berbagai institusi seperti rumah sakit, klinik dan sekolah.

Saat ini partai itu memiliki kelompok bersenjata yang paling efektif di Timur tengah. Kekuatan persenjataan mereka lebih kuat dibandingkan angkatan bersenjata nasional Lebanon. Mereka juga telah mengirim pasukan ke Suriah untuk mendukung pasukan Presiden Bashar Assad.

Hizbullah dan sekutu-sekutunya sangat berkuasa di parlemen dan pemerintahan Lebanon. Presiden Michel Aoun juga sekutu kuat kelompok tersebut. 

 

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement